Lomba Merayap
Lomba Merayap
#tugascernak_4
Ulul dan Ulil, dua ekor ulat sedang berlomba merayap. Berbeda dengan Ulul, Ulil yang gemuk sangat kepayahan menggerakkan badannya. Bisa dipastikan Ulul akan jadi pemenangnya. Di pucuk daun, Ulul terpingkal-pingkal melihat Ulil yang kelelahan dan berkali-kali berhenti.
"Ulil, ayo naik!" tantang Ulul sambil menggoyang-goyangkan pucuk daun.
"Hhh...aku tidak kuat, Lul. Aku sudah lemas neh," balas Ulil meringis.
"Kamu pasti bisa kok! Ayo, pemandangan di sini bagus sekali. Sayang jika dilewatkan," terang Ulul menyemangai. Dia kemudian memetik pucuk daun, lalu mengunyahnya. Nyam! Nyam! Ulil pun menelan ludah.
"Ulil...Ulil...lihat nih, aku seperti terbang!" Ulul berteriak lagi memamerkan aksinya. Tubuhnya meliuk-liuk mengikuti pucuk yang ditiup angin. "Yuuuuhuuu! Yuuuuuhuuu!" jeritnya senang.
Mata Ulil berbinar, sebuah atraksi yang menakjubkan. Dia juga ingin sampai ke sana, ikut menikmati tiupan angin dan menikmati lezatnya makanan di atas sana. Dengan semangat membara, Ulil pun kembali melanjutkan perjalanannya. Bukankah pucuk daun adalah makanan idamannya? Dia harus lebih semangat.
Namun, belum sampai setengah perjalanan, Ulik kembali berhenti. Napasnya tersengal, keringatnya mengucur deras, Ulil juga kehausan. Dia berhenti. Tidak mau memanjat lagi.
"Ahhh...payah kamu, Lil. Cuma pohon rendah gini aja kamu sudah nyerah. Makanya, jangan terlalu banyak makan biar badanmu nggak berat," ledek Ulul.
"Sebelum lomba, aku tidak makan, kok. Makanya, aku tidak bisa naik karena aku tidak punya tenaga," jelas Ulil dengan mimik dibuat selemas mungkin.
"Hahaha...aku bukannya melarangmu makan, Lil. Tapi, makanlah secukupnya saja, jangan berlebihan. Selain itu, kita juga harus giat berlatih supaya gerakan kita bisa cepat."
"Latihan? Tidak mau, ah." Ulil menggeleng keras.
"Lho, kok nggak mau? Rajin berlatih membuat tubuh jadi enteng. Nih...nih...lihat!" Ulul bergoyang-goyang. Dia bergerak turun dengan gerakan yang tepat. Hap...sekarang dia sudah berada di samping Ulil. "Aku nggaka ada kendala meraya, kan?" kata Ulul bangga.
"Latihan itu cuma menghabiskan waktu dan tenaga saja, Lul. Yang benara adalah makan dan tidur yang banyak, biar tenaga kita terkumpul. Tadi itu aku tidak bisa memanjat karena aku belum sarapan pagi," jelas Ulil berdalih.
"Terserah, dah! Nanti badanmu seperti balon, baru tahu rasa kamu! Terus saja makan banyak!" jawab Ulul jengkel. Ulat hijau yang lincah itu kemudian berlalu meninggalkan Ulil.
Bersambung...
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Cernak keren
Kereeen cernaknya, Bunda. Salam literasi
Terimakasih pak guru
Ulil dan Ulul duo sahabat, lanjutkan ....Terimakasih telah setia mengunjungi sriyonospd.gurusiana.id untuk SKSS.
Mantap cernaknya bucan?(?
Keren cernaknya. Mas Zafa pasti suka....
Enggih Bun, terimakasih
Asyik cernaknya, Bu. Lanjutt...
Mantap bun, bersambung....
Hasyeeeekkk...keren bund..jadi terinspirasi bikin cernak.. hehehe