Pemilu 17 April 2019 tinggal menghitung hari. Para calo-calo politik yang notabene anggota tim sukses individu caleg sudah bergerilya.

Indikasinya adalah para caleg tersebut sedang menghitung perkiraan perolehan suara berdasarkan daerah pemilihannya. Apakah ini hanya terjadi di daerah Tangerang saja, atau mungkin di daerah lain juga di indonesia.

Cara yang dilakukan calo-calo politik dengan memberikan janji-janji politik. Mereka tidak kalah dengan tuan-tuannya. Apakah adanya iming-iming pemberian sesuatu bahkan mengadakan kegiatan keramaian. Misalnya mengadakan mancing bersama di irigasi dengan menurunkan ribuan kilogram ikan lele. Syarat supaya mendapatkan doorprize harus menyerahkan fotokopi KTP.

Sepertinya para caleg sudah kehabisan akal untuk menghitung prediksi suara supaya mencapai target suara pemilih. Bisa juga, ide dari para tim sukses menjelang waktu pemilu sudah semakin dekat mengadakan kegiatan kampanye. Bukti autentiknya adalah fotokopi KTP.

Akan tetapi penyerahan fotokopi KTP ini sarat akan penyalahgunaan. Ada kemungkinan para tim sukses mengklaim bahwa fotokopi KTP yang diserahkan adalah bakal pemilih calon yang diusung. Padahal masalah memilih adalah bicara hati nurani di ruang pencoblosan.

Padahal jika setiap caleg berpikir, rakyat akan memilih calegnya yang memiliki kiprah nyata di masyarakat. Bukan caleg karbitan atau mendadak nyaleg karena partainya tidak memiliki kader mumpuni. Sehingga berlaku prinsip tidak ada rotan akarpun jadi.

Zaman now, seharusnya masyarakat bisa lebih cerdas memilih. Menelisik para calon dan semua partai, lalu mana yang berpihak pada masyarakat, kemudian mau mewaqafkan dirinya untuk kepentingan rakyat, sepak terjang caleg bersih, dan berdoalah sebelum memilih dan meminta petunjuk dari Allah Swt supaya tidak salah memilih. Pilihan setiap orang atau satu suara dapat menentukan negara 5 tahun kedepannya.

Mau diminta fotokopi KTP atau dijanjikan apapun oleh para caleg. Tetap berpegang teguhlah pada prinsip diri dan hati nurani untuk kemajuan bangsa. Jangan tanya apa yang telah negara berikan untuk kita, tetapi apa yang telah kita berikan untuk negara.