Syaikhona Kholil dan Anak Penyuka Gula (Refleksi untuk Guru di Hari Guru)
Suatu ketika, Syaikhona Kholil kedatangan seorang tamu. Ia mengadukan kebiasaan anaknya yang nyleneh. Suka makan gula. Bahkan saking sukanya, si anak sampai menghabiskan 1 sampai 2 kilogram gula perhari. Orang tuanya bingung. Ia sudah tidak tahu lagi cara menghentikan perilaku anaknya. Lalu ia sowan kepada Syaikhona Kholil yang terkenal memiliki karomah itu untuk meminta beliau mendoakan anaknya tersebut agar bisa berhenti makan gula.
Syaikhona Kholil diam. Setelah beberapa saat, beliau berkata, "Kembalilah kau ke sini setelah sepuluh hari. Bawalah anakmu serta." Si tamu mengangguk dan segera pamit pulang.
Setelah sepuluh hari, orang tersebut dengan membawa serta anaknya datang menghadap kembali kepada Syaikhona Kholil. Lalu beliau berkata pada si anak, "Cong, jangan makan gula lagi ya!" Si anak mengangguk ta'dzim. Dan sejak pulang dari dhalem Syaikhona Kholil, anak tersebut benar-benar berhenti dari kebiasaannya makan gula.
Orang tuanya tentu saja heran. Dalam benaknya timbul tanya. Mengapa anaknya begitu patuh pada Syaikhona Kholil. Padahal kalimat yg diucapkan beliau sudah berkali-kali diucapkannya pada si anak. Dengan berbagai cara pun sudah ia lakukan. Mulai dari bicara halus hingga dengan emosi tinggi. Sedangkan Syaikhona Kholil hanya mengucapkan kalimat itu sekali saja tapi langsung dituruti.
Karena penasaran tak berkesudahan, pergilah orang tersebut sowan kembali kepada Syaikhona Kholil. Ia menceritakan bahwa anaknya sudah benar-benar berhenti dari kebiasaannya makan gula. Iapun menanyakan gerangan apa yang menyebabkan anaknya begitu patuh pada beliau.
Sambil tersenyum Syaikhona Kholil berkata, "Pak, sejak sampeyan datang ke sini mengadukan permasalahan anak sampeyan itu, saya berpuasa sambil mendoakan anak sampeyan. Di samping itu, sayapun berhenti mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula hingga sampeyan datang lagi bersama anak sampeyan itu."
******
Dari cerita tersebut di atas, dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa sebagai GURU, jika perkataan kita ingin dipatuhi, perintah kita ingin dituruti, maka yang harus kita lakukan tak hanya dengan berdoa saja, tapi juga dengan ikhtiar meninggalkan apa yang ingin kita larang, dan melaksanakan apa yang akan kita perintahkan.
Jangan meminta murid melakukan suatu kebaikan, sementara kita tidak konsisten melakukannya. Jangan pula menuntut anak menjauhi suatu keburukan, semantara kita, gurunya, masih sering mengabaikannya.
SELAMAT HARI GURU NASIONAL 2022
SERENTAK BERINOVASI WUJUDKAN MERDEKA BELAJAR
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar