LELAH
Sambil duduk, Ibu memperhatikan kalender yang terpasang di tembok ruang makan. Di atas kalender terpasang foto Bapak ketika menerima penghargaan dari Bupati. Aku mencuri pandang dari dapur. Ibu memanggilku untuk menemaninya duduk di ruang makan. Selesai mencuci piring, aku menghampiri ibu. Aku duduk di hadapan ibu. Sambil memandang kalender, Ibu bercerita bahwa jabatan Bapak sebagai kepada desa akan berakhir tahun depan. Menurutnya, di sisa masa jabatannya Bapak harus memberikan kesan yang baik kepada masyarakat. Ibu bercerita banyak. Sepertinya ibu menumpahakan segala beban selama mendampingi Bapak. Aku setia mendengarkan cerita ibu. Ini memang di luar kebiasaan.
Berkat kepemimpinan Bapak, desa yang dulunya tidak diperhitungkan di tingkat kecamatan apalagi kabupaten, sekarang sudah terkenal bahkan sampai nasional. Bapak memang hebat. Menurutku, Ibu lebih hebat lagi. Ibu selalu sabar menemani Bapak. Setiap pagi, Ibu menyiapkan segala keperluan Bapak. Ibu tidak pernah memperlihatkan wajah lelah ketika mengantarkan Bapak berangkat kerja. Aku yang setiap waktu bersama ibu, juga tidak pernah menangkap wajah Ibu sedih.
“Sri, pijitin. Aku sangat capek. Aku sangat lelah,” aku langsung memijiti pundak ibu. Ibu menghentikan ceritanya. Aku lihat wajah ibu berbeda dengan hari-hari biasanya. Ada sesuatu yang disembunyikan. Aku tidak berani bertanya. Aku terus memijat pundak ibu, sambil menunggu ibu bercerita lagi. Namun, ibu diam saja sambil sesekali menghelas nafas panjang. Aku teringat cerita Kang Pardi minggu lalu. Katanya, ibu dicalonkan dalam pilkades tahun depan. Tiba-tiba terdengar benda jatuh dari ruang tamu. Suaranya sangat keras. Aku langsung berlari. Foto pelantikan Bapak sebagai kepala desa hancur berkeping-keping. Kacanya berserakan di lantai. Ibu yang berlari membuntutiku terpaku. Entah apa yang dipikirkan.
Banyuwangi, 21 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ide penulisan Bapak menarik, tentang kegalauan hati seorang istri kades. Maaf, sebetulnya bukan wewenang saya memberi saran, mengingat jurusan kuliah Bapak adalah Bahasa Indonesia. Pertama tulisan pentigraf yang diletakkaan di awal membuat pembaca perpikir itulah judulnya, padahal judulnya Lelah. Terus, paragrafnya kok cuma dua ya, padahal pentigraf.
Aslinya tiga ibu. Kutipan kalimat langsung itu paragraf baru. Saya baru tahu ketika sudah diunggah. Aduh, akibat agak gagap dengan teknologi. Terima kasih koreksinya.
Baru belajar berkenalan dengan gurusiana.
Bagaiaman, ibu. Sudah ssya edit
Kenapa bisa jatuh foto Bapak? Apakah itu sbg isyarat masa jabatan Bapak segera berakhir?Pentigraf yg keren