Muji Rahayu

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DONGENG PUTRI KODOK ( bagian 2)
Dongeng Putri Kodok ini, mengandung pesan bahwa kejujuran dan keluhuran budi akan mengalahkan segala bentuk kejahatan dan keserakahan.(oleh Muji Rahayu)

DONGENG PUTRI KODOK ( bagian 2)

Demikianlah setiap hari, ada saja yang dilakukan kedua kakaknya, yang membuat hati Pangeran bungsu ini, sedih dan tidak betah tinggal di istana. Maka suatu hari , Pangeran Swandara memutuskan untuk menghibur diri, pergi ke luar istana. Setelah mendapat izin dari ayahandanya, Pangeran pun segera berangkat. Dengan berpakaian seperti rakyat biasa, Pangeran Swandara keluar gapura istana. Dipanggulnya bungkusan yang berisikan bekal uang dan makanan secukupnya, layaknya seorang pengembara. Ia berjalan perlahan, seolah sambil menikmati alam luar istana. Bak lukisan panaroma alam yang indah, tak jemu ditelusurinya jalan, melewati sungai- sungai, sawah, hutan lereng-lereng pegunungan.

Tak terasa sudah cukup jauh jarak yang ditempuh oleh Pangeran . Dia semakin jauh dari istana. Ketika perutnya terasa lapar, Pangeran Swandara berhenti dan duduk di bawah sebuah pohon beringin besar. "Ternyata hari sudah sore, makanya aku merasa lapar", gumam Pangeran, sambil membuka bekal makanan dan minuman yang dibawanya. Sebelum Pangeran Swandara sempat menikmati makanannya, tiba-tiba datang seorang nenek tua yang menyapanya. “Nak, bolehkah Nenek meminta sedikit dari makananmu ?” Pangeran Swandara tersentak kaget, ditatapnya wajah nenek tua itu. Pangeran Swandara merasa iba. "Oh, kasian Nenek ini, pasti sedang kelaparan dan mungkin tidak punya uang untuk membeli makanan". Pangeran mengurungkan niatnya untuk menikmati makanannya. “Ini Nek, ambillah semuanya !”, kata Pangeran sambil memberikan semua bekal makanannya . Nenek tua mengucapkan terima kasih dan mendoakan agar pangeran selamat.

Pangeran Swandara pun melanjutkan perjalanan. Sampailah ia di sebuah desa. Pangeran Swandara melihat banyak penduduk desa itu yang jatuh sakit karena kelaparan. Rupanya sudah beberapa musim, panen gagal. Hati pangeran tersentuh. Ia merasa sedih. Terbayang di pelupuk mata, lumbung- lumbung padi di istana yang penuh butir- butir padi dan beras, keping- keping uang dan emas yang melimpah, kakak- kakaknya yang selalu menghambur- hamburkan uang, sementara di luar istana, masih banyak rakyatnya yang miskin dan kelaparan. Maka tanpa berpikir lagi, Pangeran membagi-bagikannya bekal uangnya kepada penduduk desa itu. Mereka sangat senang dan mendoakan pangeran selalu bahagia. Kemudian

Pangeran kembali melanjutkan perjalanannya. Hari demi hari dilaluinya dengan penuh rasa syukur, selalu berdoa dan bersedekah. Apapun dilakukan untuk bisa membantu meringankan beban orang yang ditemuinya di sepanjang perjalanan. Saat melintasi hutan belantara tiba-tiba seekor anak burung jatuh dari sarangnya." Oh, anak burung...kasian sekali anak burung ini, dimana induknya?" tanya Pangeran tanpa mengharap jawaban. Pangeran segera menolong anak burung itu dan memanjat sebatang pohon untuk mengembalikannya ke sarang. "Sarangnya kosong, mungkin indukmu sedang pergi mencari makanan. Tunggulah di sini", kata Pangeran dengan hati yang sedikit lega karena telah mengembalikan anak burung itu ke sarangnya. Pangeran pun melangkah pergi. Tak lama kemudian saat ia berjalan tiba-tiba terdengar suara teoot … teoot. Pangeran mencari asal suara itu. Ternyata seekor katak tertindih sebuah batu yang cukup besar. Sepertinya seseorang telah sengaja melempar batu itu untuk membunuh si katak, atau...Ah, sudahlah, yang penting aku harus segera menolongnya", kata Pangeran menahan iba. Diambilnya batu yang menimpa tubuh si katak yang malang itu. Batu tergeser, tubuh katak yang lemah terlihat bergerak- gerak lalu merangkak perlahan " Terimakasih,Pangeran" terdengar suara lembut mengucap kata terimaksih pada Pangeran. "Ah, siapa yang berbicara di hutan belantara yang sepi ini?", gumam pangeran sambil beranjak pergi, seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya. Tak disangka katak yang telah ditolongnya itu mengikuti langkahnya, melompat-lompat di belakang kaki Pangeran. Pangeran sangat heran. Ia berhenti. “Hai … mengapa Kau mengikutiku ?” tanya pangeran.

( Bersambung ke bagian 3)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen cernaknya, Bunda. Salam literasi

21 Oct
Balas

Masih setia menunggu lanjutan ceritanya

21 Oct
Balas

Terimakasih Bun..

21 Oct

Terimakasih Pak Dede.Selamat sore dan salam literasi

21 Oct
Balas

Terimakasih Pak

22 Oct
Balas

Siap menunggu lanjutan ceritanya Bunda

22 Oct
Balas



search

New Post