Suka Duka Belajar Dari Rumah
Suka Duka Belajar Dari Rumah
Oleh Muheriani
Tulisan ini merupakan ungkapan suka duka belajar dari rumah selama masa pandemi virus Corona Covid-19.
Selama pembelajaran dari rumah berbagai hal yang mungkin dirasakan baik oleh siswa maupun guru. Tidak dapat dipungkiri BDR merupakan pengalaman pertama bagi sebagian besar pelaku utama dalam dunia pendidikan kita, yaitu siswa dan guru. Sudah dua bulan lebih BDR ini berlangsung dengan segala serba serbinya. Ada beberapa hal menarik yang penulis sudah pernah rasakan.
Sebagai seorang guru tentu dituntut untuk membelajarkan siswa secara optimal. Tetapi karena situasi dan kondisi saat ini tidak mendukung, sistem darurat pun terjadi. Di daerah pelosok seperti yang penulis tempati, pembelajaran daring sangat jauh dari harapan. Penyebabnya karena pertama faktor jaringan yang kurang mendukung, signal timbul tenggelam. Kedua disebabkan ada beberapa siswa yang tidak punya HP android. Terpaksa menumpang di HP tetangga. Lama kelamaan merasa berat juga, akhirnya angkat tangan. Bagi mereka yang tidak punya HP android, penulis berikan tugas lewat SMS. Bisa dibayangkan kalau soal itu ditulis di HP, berapa lama pengetikannya. Untung saja tidak diperbolehkan memberikan tugas yang memberatkan.
Dalam situasi darurat ini, pada mulanya penulis hanya memberikan tugas menulis berupa karangan narasi tentang virus Corona, lalu puisi tentang doa agar virus Corona cepat berlalu. Lanjut hari berikutnya pantun, menggambar, masih tentang Corona. Hari-hari berikutnya penulis selingi dengan memberikan tugas berdasarkan materi pelajaran yang ada di kurikulum. Ada siswa yang rajin memasukkan tugas, ada pula yang tidak, atau esoknya baru mengirim, katanya “Maaf, Bu. Saya terlambat masukkan tugas, saya bantu orang tua di sawah”. Ada pula yang karena kehabisan kuota. Ya, tidak apalah. Dalam kondisi seperti ini, tidak mungkin kita paksakan.
Lewat terobosan yang dilakukan oleh Mendikbud, Mas Nadim Makarim, pembelajaran selanjutnya dilakukan melalui tayangan di TVRI. Nah, muncul lagi kendala. Sebagian besar siswa tidak memiliki siaran TVRI di rumahnya. Karena keinginan untuk belajar yang kuat, bagi mereka yang tidak mengakses siaran TVRI mencoba lagi menumpang di TV tetangga. Ini tentu berisiko. Di saat anak-anak disuruh tetap di rumah, mereka justru pergi keluar mencari sumber belajar di rumah tetangga. Mulanya penulis meng-iyakan yang penting tetap jaga jarak dan pakai masker. Lama-kelamaan penulis melarang mereka, karena kabar penyebaran virus kian marak.
Sebagai seorang guru penulis tentu merasa prihatin. Di antara para siswa, ada yang tidak bisa memperoleh ilmu dan pengalaman lewat TVRI. Penulis mencoba membuat terobosan. Karena di rumah penulis ada siaran TVRI, penulis mem-videokan saat acara pembelajaran itu berlangsung. Setiap selesai satu segmen, penulis langsung mengirimkannya ke grup WA kelas. Lanjut segmen berikutnya. Begitu sampai pembelajaran berakhir. Ini penulis lakukan dengan harapan semua siswa yang punya HP android tapi tidak punya siaran TVRI bisa juga ikut belajar. Tapi, lagi-lagi karena faktor jaringan, video yang penulis kirim ke grup sore baru bisa terbuka atau terdownload. Siswa yang banyak komen, kadang bertanya, “Mana videonya, Bu?” atau “Tidak ada tugas, Bu?” Penulis hanya katakan, “Sabar, ya, Nak!” Biasa pula penulis menyarankan untuk membuka di youtube, tapi dengan jawaban yang sama, “Tidak bisa, Bu. Jelek jaringanku.” Atau “Sedikit kuotanya HP-nya Mamaku, Bu.” “Sabar, ya, Nak.” Hanya itu jawaban penulis. Dalam suasana penantian, penulis minta tolong pada siswa yang mengakses siaran TVRI untuk membantu temannya dengan menuliskan pertanyaan atau tugas yang ada lalu mengirimkannya di grup kelas.
Di sela-sela Belajar Dari Rumah yang penuh kendala, ternyata memiliki nilai manfaat, di antaranya:
- Anak sudah terbiasa dengan gawai atau HP, sehingga mereka mulai melek teknologi. Walaupun ini harus tetap dalam pantauan orang tua, jangan sampai mereka menyalahgunakannya.
- Menimbulkan rasa solidaritas di antara mereka. Anak biasa saling menanyakan keadaan masing-masing atau mengungkapkan rasa rindu ingin bertemu dengan sesama teman.
Semoga pendemi ini cepat berlalu. Pembelajaran akan normal kembali walaupun dalam kondisi yang berbeda, yang baru, New Normal.
Kessi – Soppeng, 5 Juni 2020
#TantanganMenulisHariKe-5
#TantanganMenulis30Hari
#TantanganGurusiana
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap BDRx bu bosss
Penuh kenangan walaupun apa adanya lett
Terima kasih pak.
Keren, bunda!
Terima kasih Bu salam literasi
mantaap Bu, salam literasi....
Terima kasih pak Agus