Impian Jadi Nyata (Tagur-7)
Impian Jadi Nyata (Tagur-7)
Oleh Muheriani
Alangkah bahagianya jika apa yang kita harapkan jadi kenyataan, walaupun itu hal yang sederhana. Seperti apa yang saya alami tiga hari yang lalu.
Ceritanya bermula dari keinginan anak bungsuku untuk pergi melihat mobil favoritnya beraksi. Ya, kebetulan ada mobil ekskavator sedang bekerja membuat lahan perumahan. Letaknya tidak jauh dari rumah. Lokasinya juga dekat dengan Pemandian Alam Banga, pemandian yang dekat dari rumah.
Entah kenapa waktu itu saya ingin sekali ikut Bapak menemani si Bungsu. Niat saya sebenarnya juga ingin jalan-jalan mencari bunga. Siap tahu ada rezeki. Bunga apa saja. Maklum, sekarang musim bunga. Dalam hati saya sangat berharap semoga saja pencarian saya ada hasilnya.
Sampai lokasi, saya menemani si Bungsu sebentar melihat mobil andalannya. Alangkah bahagianya dia. Saya kemudian ke area semak-semak dengan beberapa batu besarnya. Saya melihat kanan kiri, juga ke atas batu besar. Siapa tahu ada di situ tumbuhan indah yang tersembunyi.
Benar saja, saya melihat ada bunga kecil warna ungu yang tersembunyi di balik batu besar. Saya mendekat. Lebih dekat lagi. Wow, ternyata anggrek ungu. Batang, daun, dan bunganya kecil-kecil. Tapi tak apa. Saya coba lihat lagi ke batu besar di sebelahnya. Up, ada lagi. Bahkan lebih banyak. Alangkah gembiranya hati ini. Saya berusaha menarik batangnya dari batu besar itu. Mencoba melepaskan akarnya yang telah sekian lama tumbuh di atas batu itu. Sia-sia. Bagaimana caranya, ya.
Saya turun kembali ke lokasi di mana mobil itu bekerja. Kebetulan ada kenalan yang membawa parang di situ. Untung deh. Saya coba pinjam parangnya. Alhamdulillah dipinjamkan walaupun sempat ada pertanyaan, “Untuk apa?”
Saya kembali ke tempat bunga kecil tadi. Saya cungkil akarnya dengan parang. Susah sekali. Akar kecil itu seperti menggenggam dengan kuat pada tempat hidupnya. Saya tidak putus asa. Coba lagi, dan ... berhasil. Akar bunga kecil itu terlepas dari batu. Begitu banyak akarnya. Menandakan kalau bunga itu sudah tumbuh lama di situ. Saya melirik rumpun yang lain. Ah, ini sudah cukup. Sisakan buat orang lain. Mungkin ada lagi yang menemukannya dan ingin pula memilikinya. Seperti saya.
Saya turun kembali dan menyerahkan parang kepada pemiliknya.
“Terima kasih, Pak.”
“Oo, itu anggrek batu namanya”, kata si Bapak sambil memperhatikan bunga yang saya dapat. Anggrek batu? Mungkin karena hidup di atas batu sehingga diberinya nama demikian. Ah, apalah arti sebuah nama. Yang penting harapan saya dari rumah tadi terwujud. Saya mendapatkan bunga, walaupun anggrek batu yang kecil. “Yuk, pulang, Nak.”
#Tagur-7
#TantanganMenulis30Hari
Soppeng, 19 November 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yang penting bunganya gratis heheheSalam literasi
Yang penting bunganya gratis heheheSalam literasi