Kami pun selesai dengan pos masing-masing, lalu melanjutkan berjalan ke pos selanjutnya. Saat melewati sebuah rumah dan di sampingnya seperti tempat kerajinan, tempat itu sedikit bercahaya, saya melihat ada bayangan hitam yang sedang ngesot di lantai, saya juga melihat wajahnya tapi masalahnya teman sekelompok saya tidak melihat apa-apa saya pun terdiam. Sesampai di pos berikutnya, ketua kelompok melapor kepada kakak kelas yang sedang berjaga. Di sana kami diperintahkan mencari sesuatu benda yang sangat penting di bawah pohon besar sambil menyinari pohon tersebut dengan senter dan berhitung. Pertama kali mencoba kami salah mencari di bawah pohon, ternyata di bawah pohon berikutnya maklum karena tak terlihat. Kami pun mencoba ke sana dan kami melihat pocong sambil terbaring tetapi kami tahu itu adalah guling yang diikatkan pada kain kafan di atasnya ada buku doa.

Kami berbincang dan bertanya: “Apakah ini benda yang dikatakan penting tersebut?”.

Kami tak mempedulikannya karena hitungan mundurnya akan habis. Yap, dugaan kami benar buku doa itu adalah benda yang diperintahkan untuk mencarinya. Kami pun pamit untuk menuju pos selanjutnya. Ketika sampai, seperti biasa kami memperkenalkan diri. Sehabis itu kami di bawa ke suatu ruangan gelap. Perintahnya adalah menyolatkan mayat yang sudah kami bawa dari awal start sampai sekarang. Itupun kalau kakak kelas tadi yang mengimami kami, ternyata ketua kelompok yang menjadi imam. Selesai sholat teman-teman saya pada berlari keluar untuk menyelamatkan diri. Saya tidak tahu ada apa, saya rasa tidak terjadi apa-apa. Saya ikut saja gaya teman-teman yang mencoba melarikan diri. Akhirnya kami berhasil keluar, dan melanjutkan perjalanan kami. Saya pun bersyukur karena pos selanjutnya adalah pos terakhir. Sesudah melapor kami dsuruh duduk dan meletakkan mayat tersebut di samping kakak kelas yang telah menjaga disana.

(bersambung)

#stay at home