Menjadi Seorang Ayah
Kusunting seorang gadis sholeha bernama Hazriani Aulia menjadi bidadariku dari tanah melayu nan beradat, negeri nan bertuah, Tanjung Beringin, Sumatera Utara. Bidadari itu bernama Hazriani Aulia, seorang guru Ibtidaiyah dan anak seorang pensiunan guru pula. Tanggal 4 April 2015 sampai sudah janjiku pada orang tuanya, kubulatkan tekat dalam hati tuk menjadi suami yang akan mendampinginya seumur hidup dari dunia fana hingga negeri akhirat nantinya.
Menjadi seorang suami tentu saja akan menjadi seorang Ayah. Mental ini kupersiapakan juga baik sebelum menikah bahkan hingga detik-detik kelahiran putra pertama kami pada tanggal 25 April 2016. Dengan bangga, kami namai dia dengan nama seorang putra dari pahlawan terkenal dari tanah batak, Patuan Nagari, putra sang raja batak Sisingamangaraja ke XII.
Dalam adat batak, tidak boleh menamai seseorang persis seperti nama pendahulunya, meskipun marga Sisingamangaraja XII dan kami sama, marga Sinambela tetapi norma adat dalam pemakaian nama masih tetap kami perhatikan.
Kemudian kami tambahkan dengan doa agar beliau meneladani sang nabi dan rasul utusan Allah SWT dengan menambahkan nama Muhammad sebelum nama tengahnya. Kukumandangkan azan ke telinga kanannya dan iqomat ke telinga kririnya sambil menangis dan ucapkan doa dalam lirih sambil menyebut nama lengkapnya, Muhammad Patuan Nagari Sinambela, yang berarti Muhammad seorang Penguasa Negeri bermarga Sinambela.
Perjuangan sebagai seorang ayah terasa begitu nikmat di awal, saat mendengar teriak tangis ananda Patuan Nagari mulanya. Kemudian karena lahir dengan berat yang tidak normal, pada hari ke tiga Patuan Nagari, putra pertama kami demam karena infeksi tali pusar yang tidak bersih. Kami semua menitikkan air mata, istriku menagis tersedu-sedu ketika demam sang buah hati kami yang mungil itu tak kunjung reda.
Menjadi Ayah saat itu terasa sangat berat tapi harus dijalani jua. Bersama Omak ku yang tabah itu, digendongnya bayi mungil kami berumur 3 hari itu menuju klinik terdekat. Sejak itu kami tahu, sang Patuan kami tercinta, rentan akan penyakit.
Menjadi Ayah dari seorang Patuan Nagari membuatku harus kuat. Sejak saat itu hampir setiap bulan kami pasti ke klinik atau rumah sakit terdengat, karena setiap bulan pula Patuan selalu diserang penyakit. Tidak ada sekolah untuk menjadi seorang ayah, tapi layaknya seorang muslim tuntunan kita tentu AL-Qur’an dan sunnah Muhammad Rasulullah SAW beserta akhlak para sahabat-sahabat Rasulullah SAW.
Segala beban ini tentu tidak diberikan Allah SWT jika saya tidak sanggup menanggungnya, itu yang tetap saya patrikan dalam hati. Hingga kini, alhamdulillah, Bang Patuan, panggilan sayang kami padanya telah menunjukkan peningkatan kesehatan yang baik, tubuhnya nya pun semakin berisi, kecerdasannya akan logika dan bahasa mengagumkan kami sekeluarga. Ternyata menjadi Ayah adalah sekolah seumur hidup yang tidak mengenal hari libur.
Pada tahun 2019, tepatnya hari Jumat subuh, 13 September, putra kedua kami lahir kedunia. Alhamdulillah dnegan berat dan kondisi yang sempurna, kami namai dia dengan nama seorang sahabat Rasulullah SAW yang sangat kuat dan juga salah satu Khalifah Ar-Rasyidin, Omar bin Khattab. Nama itu bukan tanpa alasan kami berikan. Sejak dalam kandungan sang ibu, Patra Omar, dengan baik dan kuat ikut serta menemani sang Ibu di menjaga abangnya yang dulunya kerap sakit. Dengan bangga kami menamainya dengan Muhammad Patra Omar Sinambela.
Menjadi seorang Ayah dari dua orang putra dan seorang suami membuat hari-hari semakin berharga dan tak bisa terlewati begitu saja. Bagi saya keluarga adalah yang No.1. Pelajaran menjadi seorang Ayah semakin hari semakin bertambah dan saya harus mengikuti tahap demi tahap dalam proses itu agar lulus menjadi Ayah dan Suami yang baik dimata anak-anak dan Istri saya, Abang yang baik di mata adik-adik saya dan anak yang baik pula di mata orang tua saya.
Banyak peran yang harus kita jalankan dalam hidup ini. Semuanya akan dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT nantinya. Semoga kita menjadi orang-orang yang selalu berusa untuk menjadi yang terbaik dalam setiap peran yang sudah kita pilih itu. WallahuA’lam Bisshoab.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aamiin Yaa Rabbal'alamiin. Tulisan keren, mengedukasi.
Ayah yg keren