Dr.H.Muhammad Nasir,S.Ag.MH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

PUASA DAN LAPAR

Mendalami hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa sangat penting untuk membangun kesadaran manusia. Dalam ibadah puasa terdapat dua peristiwa dalam diri yang tak dapat dipisahkan yaitu peristiwa biologis dan psikologis. Peristiwa biologis adalah menahan dan mengatur makan dan minum. Peristiwa psikologis adalah peristiwa bathin yang dirasakan ketika kita merasa tunduk dan patuh dengan larangan-larangan yang membatalkan puasa sehingga kita taat akan perintah Allah swt. Salah satu peristiwa bilogis yang dirasakan dalam menjalankan ibadah puasa adalah rasa lapar. Dalam Al-Quran lapar adalah bagian dari ujian, sebagaimana firman-Nya: “Allah berfirman, ‘Kami menguji kalian dengan sedikit rasa takut dan rasa lapar, berilah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar,’” (Surat Al-Baqarah ayat 155).

Lapar dalam ibadah puasa bukanlah kelaparan. Ia merupakan peristiwa psikologis untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Lapar seperti ini merupakan keinginan secara psikhis yang menyebabkan tersambungnya hubungan akrab dengan Allah swt. Sebab itu lapar akibat puasa tidak menyebabkan orang sakit atau menderita. Sementara lapar-bilogis adalah kondisi tubuh yang kurang makan akibat gejolak hawa nafsu yang tak pernah kenyang. Walaupun mereka berlimpah harta namun perasaan lapar terhadap harta tidak pernah pudar. Mereka merasa kekurangan tanpa batas. Mereka makan tidak lagi hanya mengisi kantong lambung perutnya, tetapi mengisi lambung keserakahan yang telah melampau batas. Kelapan seperti ini kita sebut sebagai kelaparan-biologis (biological hunger).

Kelaparan biologis adalah dorongan dalam diri seseorang untuk memuaskan hawa nafsu serakah dengan harta dunia yang banyak. Mereka seperti meminum air laut, semakin diminum semakin haus. Maka Rasulullah telah mengingatkan: “Seandainya seorang anak Adam memiliki satu lembah emas, tentu ia menginginkan dua lembah lainnya, dan sama sekai tidak akan memenuhi mulutnya (merasa puas) selain tanah (yaitu setelah mati) dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.” (Muttafaqun ‘alaih. HR. Bukhari no. 6439 dan Muslim no. 1048)

Kepribadian yang selalu merasa lapar dan tak pernah puas dengan harta yang dimiliki adalah suatu penyakit jiwa yang dapat menimbulkan kejahatan yang sangat membahayakan. Kepribadian ini dapat membahayakan diri, orang lain dan bahkan negara. Seperti baru-baru ini yang terjadi di Indonesia sederetan para pejabat tinggi di negeri ini tepatnya pejabat di pertamina. Mereka adalah direktur Feedstock dan Product Optimization PT Kilang Pertamina Internasional; VP Feedstock Management PT Kilang Pertamina Internasional; dan pejabat di PT Pertamina International Shipping Yoki Firnandi (YF). Kemudian, beneficial owner PT Navigator Khatulistiwa (MKAR); Komisaris PT Navigator Khatulistiwa sekaligus Komisaris PT Jenggala Maritim ; Komisaris PT Jenggala Maritim serta Direktur Utama PT Orbit Terminal Merak; dan Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya serta VP Trading Operation PT Pertamina Patra Niaga Edward Corne. Dalam perhitungan sementara, kerugian negara pada tahun 2023 akibat korupsi ini mencapai Rp 193,7 triliun. Menurut keterangan Kejagung, PT Pertamina Patra Niaga diduga membeli Pertalite untuk kemudian di-blending atau dioplos di depo/storage menjadi Pertamax. Pada saat pembelian, Pertalite tersebut dibeli dengan harga Pertamax. Mereka adalah para koruptor yang mengidap (biological hunger).

Kurang apa mereka. Secara biologis mereka telah kenyang dan berlimpah kekayaan. Gaji mereka cukup, rumah mereka mewah, mereka dapat membeli apa saja yang mereka inginkan. Mereka sedang menderita penyakit tidak bisa puas, karena dalam jiwanya tersimpan rasa kelaparan yang tak pernah padam.

Sebenarnya banyak peristiwa lapar di bumi. Yang membedakannya dengan lapar karena berpuasa adalah substansi dan tujuannya. Kelaparan-biologis adalah lapar kekurangan makan secara biologi yang digerakan oleh syahwat perut, sedangkan lapar dalam ibadah puasa adalah lapar karena menahan makan sesa’at dengan mengistirahatkan atau mengatur fungsi-fungsi biologis (makan dan minum) agar tubuh kembali segar dan sehat. Sebab itu menahan lapar dan kelaparan adalah duahal yang berbeda.

Hidup ini memang menipu. Bagi orang yang belum membebaskan dirinya dari kelaparan-biologis, ia akan memandang harta itu indah, menyenangkan dan membahagiakan. Padahal jika di hayati dengan kesadaran ia menipu dan menjerumuskan (fitnah) bagi pelakunya. Allah swt telah menjelaskan: “Ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.” (QS Al-Anfal [8]: 28).

Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi (wafat 606 H) dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, menjelaskan bahwa harta dan anak sebagai fitnah merupakan salah satu peringatan dari Allah swt bagi setiap umat Islam. Pada umumnya, penyebab munculnya pengkhianatan adalah karena cinta pada harta dan anak, sehingga setiap manusia akan lebih sibuk pada keduanya daripada Tuhannya. Mencintai harta yang berlebihan dapat menyeret manusia kelembah penyesalan. Sebab itu carilah harta benda karena ia bagian dari rezeki dari Allah swt, namun jangan memperturutkan hawa nafsu. Karena harta itu termasuk bagian dari rezeki, maka jangan sampai kita tertipu dengan kemilau yang menggoda dan menipu.

Dalam Islam manusia diperintahkan berusaha mencari rezeki dan karunia Allah swt, tetapi jangan lupa bahwa rezeki yang diperoleh itu akan diminta pertanggungjawabanya di akhirat nanti. Setiap kali kita keluar dan berjalan di bumi untuk mencari karunia Allah swt, setiap kali pula kita akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah swt. Semakin besar dan banyak harta atau rezeki yang kita peroleh semakin besar pula pertanggung jawabannya.

Sekali lagi kita tegaskan bahwa lapar yang disebabkan oleh ibadah puasa bukan kelaparan bilogis, tetapi lapar karena menahan diri untuk mendekat kepada Allah swt. Dalam pandangan Islam lapar seperti itu adalah peristiwa amal saleh yang bernilai ibadah. Maka orang-orang yang suka melaparkan diri dengan puasa ia akan mendapatkan pahala disisi Allah swt. Lapar seperti itu disebut sebagai psychological hunger, atau kelaparan-psikologis.

Di zaman Rasulullah saw, pernah terjadi peristiwa kelaparan. Suatu hari di Madinah. Waktu itu panas menyengat. Semua makhluk berlindung di tempat-tempat yang teduh. Penduduk Madinah umumnya memilih tidur siang (qaylulah). Jalan-jalan lengang. Tidak ada yang bergerak, kecuali debu-debu dan daun-daun yang diterbangkan angin. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki, terhuyung-huyung menuju masjid. Setelah itu datang laki-laki lain.“Apa yang menyebabkan engkau pada jam seperti ini, hai Abu Bakar,”tanya Umar, laki-laki yang datang belakangan.”Aku keluar karena desakan lapar,” kata Abu Bakar. Kata Umar, “Demi Allah yang diriku ada di tangan-Nya, Akupun terpaksa keluar karena lapar.”

Ketika keduanya duduk di masjid, Rasululah saw datang.”Mengapa kalian keluar pada jam seperti ini tanya beliau.”rasa lapar yang memilin perut kami, ya Rasulullah,”keduanya menjawab “Demi yang mengutusku dengan kebenaran, akupun keluar karena sebab yang sama. Bangunlah, marilah kita pergi ke rumah Abu Ayyup Al-Anshari.” Ketiganya lalu berangkat ke rumah Abu Ayyub. Isterinya menyambut mereka.”marhaban bi Nabiyyillah wa biman ma’ah. Selamat daang nabi Allah. Selamat juga bagi orang-orang yang bertanya.”Kemana Abu Ayyub,”tanya Nabi. “ia sedang keluar, tetapi sebentar lagi datang, ya nabi Allah,”jawab isteri Abu Ayyub. Memang tidak lama kemudian Abu Ayyub datang. Ia sangat senang karena mendapat kunjungan tamu-tamu yang mulia. Ia segera memotong satu tangkai kurma. Nabi menegurny,”Mengapa ia memotong satu tangkai, padahal yang mau diambil hanya buahnya.”Abu Ayyub berkata,”Saya ingin sekali Engkau makan kurma, baik yang masih muda maupun yang matang.”

Untuk menjamu Rasulullah saw, dan kedua sohabatnya, Abu Ayyub menyembelih kambing yang masih muda. Setengahnya dimasak dan setengahnya lagi di panggang. Ketika hidangan disajikan di hadapan Rasulullah saw, beliau berkata,”Ya Abu Ayyub, berikan ini kepada Fatimah, Sudah beberapa hari ia tidak memperoleh makanan seperti ini.”Abu Ayyub segera mengantarkan makanan ke rumah Fatimah.

Nabi dan kedua sohabatnya makan sampai kenyang. Nabi bersabda,”Roti, daging, kurma matang, kurma segar, kurma muda,.”Nabi menyebut makanan yang terhidang, sedangkan air matanya tergenang di pelupuk matanya. Beliau berkata lagi,”Demi yang diriku ada di tangan-Nya, inilah nikmat yang akan diminta pertanggung-jawaban di hadapan Allah swt nanti pada hari kiamat. Lalu beliau membaca ayat terakhir surat Takatsur; “Kemudian, sungguh kamu akan di tanya pada hari itu dari nikmat (yang kamu peroleh hari ini)” (Qs.al-Takatsur;8).( dikutip dari buku Tafsir bil Ma’tsur, Jalaluddin Rahmat, 1994).

Nabi dan kedua sohabatnya meninggalkan rumah dalam keadaan lapar.Mereka kembali dalam keadaan kenyang. Bukankah kita dahulu berangkat dari kampung dengan perut lapar dan kini kita mudik dengan perut kenyang? Bukankah masa-masa lalu kita sarat dengan penderitaan dan masa kini penuh kebahagiaan? Bukankah kemaren kita mencemaskan makanan kita, padahal hari ini makanan itu terhidang di hadapan kita?

Peristiwa seperti itu terjadi setiap hari. Kita semua adalah burung-burung yang terbang di pagi hari dengan perut kosong dan pulang sore hari dengan perut penuh. Perbedaan kita dengan Rasulullah saw. dan para sohabatnya sedikit saja; Kita sering lupa bahwa kita akan mempertanggungjawabkan nikmat harta yang kita terima di akhirat kelak.

Nah, peristiwa korupsi yang melanda negeri ini setidaknya menjadi pelajaran bagi pejabat tinggi bangsa ini, untuk kembali menyadari bahwa sebagian pejabat negeri ini termasuk orang yang kelaparan-bilogis (biological hunger). Untuk itu dalam suasana puasa yang sedang kita jalani saat ini diharapkan dapat menjadi refleksi dan introsfeksi diri untuk menyadari kembali bahwa ibadah puasa kita jadikan momentum pertaubatan untuk belajar melaparkan diri dengan kelaparan-psikologis (psychological hunger) yang menjauhkan kita dari korupsi dan mendekatkan kita kepada Allah swt.[]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post