Alangkah bodohnya dunia ini. Dia menyaksikan dirinya salah tapi tidak merasa bersalah, melihat dirinya benar tapi dengan menepuk dada. Wahai dunia, sampai kapankah engkau berdiri di atas keangkuhan? Sudah banyak korban perasaan yang menyebabkan kebencian. Sudah banyak kecelakaan yang menyebabkan kedengkian. Sudah terlalu jauh kesesatan yang menjadi kebanggaan. Engkau beraksi melalui tangan-tangan besi yang kotor untuk membangun tembok keangkuhan.

Dunia kekuasaan, dunia politik, dunia ekonomi, dunia budaya dan dunia manusia telah menjadi gerbang kemurkaan. Tidak ada lagi akal sehat, tidak adalagi budi luhur dan tidak adalagi timbang rasa. Manusia telah menjadi sampah kebohongan dan menjadi tumpukan kenistaan yang membeku dalam kehidupan. Alangkah sengsaranya dunia ini. Membawa petaka yang membingungkan.

Memalukan dan memilukan, dunia kita telah melahirkan manusia-manusia serakah. Mereka tidak lagi merasa takut akan kutukan, hujatan, ocehan, omelan apalagi obrolan. Mereka melihat dirinya serba kuat, tetapi tidak bisa menahan mudharrat, mereka merasa dirinya bijaksana namun tak bisa menahan bencana. Mereka haus, mereka lapar, mereka dahaga dan mereka memangsa siapa saja yang berseberangan dengan hajat mereka. Nafsu serakah telah menjadi kendali hidupnya. Kesenangan, gelak dan tawa telah menjadi hiburan yang tak dapat di sapa. Membuat setiap orang takut dan mengkerut, karena dunia carut-marut.[]