Tidak Semua Mata Pelajaran Harus Diujiankan
Para ahli pendidikan sepakat bahwa untuk mengukur ketercapaian suatu tujuan pendidikan dan pembelajaran, perlu diadakan evaluasi. Dalam skop yang paling kecil istilah tersebut dinamakan ujian.
Ujian dilakukan untuk mengetahui sejuah mana penguasaan anak terhadap materi yang telah diajarkan, sehingga setelah guru menyampaikan materi, maka siswa pun akan diberikan ujian untuk mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan oleh guru tadi. Ujian biasanya dilakukan secara terjadwal, paling tidak guru akan memberikan informasi terlebih dahulu kepada siswa mengenai kapan ujian tersebut akan dilaksanakan.
Biasanya kalau lagi musim ujian, baik itu berupa ulangan harian, ujian mid atau pun ujian semester, siswa akan sibuk menghafal materi-materi yang telah diajarkan agar bisa menjawab soal-soal yang diberikan oleh guru.
Dalam kurikulum pendidikan kita di Indonesia, begitu banyak mata pelajaran yang diberikan kepada siswa. Di SD ada sekitar 6 mata pelajaran, SMP sekitar 12 mata pelajaran dan di SMA sekitar 9 mata pelajaran. Mata pelajaran itu merupakan mata pelajaran wajib yang merupakan kurikulum dinas, dan belum termasuk mata pelajaran tambahan seperti tahfiz, tajwid, praktek ibadah dan lain sebagainya bagi sekolah-sekolah swasta dan berbasis Islam.
Dan apabila sekolah tersebut bukan sekolah umum, melainkan sekolah bercorak agama seperti madrasah, maka pelajarannya agamanya akan dipecah lagi menjadi beberapa mata pelajaran. Sehingga mata pelajarannya pun menjadi bertambah banyak dari sekolah umum biasa.
Dari situ bisa dibayangkan begitu banyak beban belajar yang harus dipelajari oleh siswa, sekaligus yang akan diujiankan. Hal inilah yang menjadikan siswa yang tidak tekun akan mengambil jalan pintas dengan cara membuat contekan-contekan atau jimat-jimat. Karena merasa begitu banyak harus dipelajar dan dihafal sebelum ujian.
Menurut hemat penulis, berdasarkan yang dipelajari dalam filsafat ilmu, bahwa dibedakan antara ilmu dan pengetahuan. Penulis tidak akan menjelaskan perbedaannya secara panjang lebar disini. Namun penulis akan memberikan contoh-contoh mata pelajaran yang penulis lihat hanya bersifat informasi atau wawasan dan pengetahuan saja. Sehingga tidak perlu untuk diujiankan.
Misalnya pertama, mata pelajaran seni dan kebudayaan. Mata pelajaran ini mengajarkan kepada siswa untuk mengenal lebih dekat budaya-budaya di Indonesia. Biasanya juga untuk masing-masing daerah akan berbeda budaya yang akan dipelajari, sesuai dengan daerahnya masing-masing. Selain itu diajarkan pula beberapa seni kepada anak-anak seperti seni musik, seni tari, seni teater, dan lain-lain.
Kalau dilihat dari isi pelajaran yang diajarkan, sebenarnya mata pelajaran ini hanyalah bersifat wawasan atau pengetahuan tentang budaya dan tentang seni. Hal ini menurut penulis penting untuk diketahui oleh siswa, sehingga penting pula untuk diajarkan. Silahkan diajarkan budaya, silahkan diajarkan, dipraktekkan, dan lestarikan seni dan budaya kita. Tetapi apabila ikut menambah daftar ujian siswa dan akan mempengaruhi nilai, menurut penulis ini kurang tepat dan hanya akan menambah beban kepada siswa.
Selanjutnya yang kedua yaitu mata pelajaran olahraga, mata pelajaran ini penting. Karena dengan berolahraga akan menjadikan tubuh siswa menjadi bugar, sekaligus sebagai bentuk penyegaran pikiran karena dalam seminggu telah bergelut dengan pelajaran-pelajaran lainnya. Tetapi sama dengan mata pelajaran sebelumnya, mata pelajaran ini menurut penulis hanyalah berisi wawasan dan pengetahuan, sehingga tidak perlu diadakan ujian dan bahkan tidak perlu ada teori melainkan langsung saja ke praktek sehingga tujuan pembelajaran itu tercapai.
Dua mata pelajaran di atas hanya merupakan contoh saja, sehingga tidak menutup kemungkinan apabila dianalisa lebih jauh mata pelajaran terutama yang tidak masuk dalam kurikulum wajib dari dinas juga berada pada posisi yang sama.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar