PelidCovid
#TantanganGurusiana
#TantanganHarike-18
#KategoriCerpen
18
Pelid=Covid
Dam truk itu tiba-tiba menepi. Muatannya yang penuh menggunung membuatnya bergerak lambat. Setelah berhenti, sang sopir terbatuk. Hukh hukh hukh...
Andi menyodorkan air minum kepada bosnya. "Minum dulu, Pak"
Pak Aziz menerima botol air mineral. Ia minum seteguk lalu batuk lagi dengan keras. Andi permisi untuk memeriksa kening bosnya. Panas sekali. "Pak, saya telponkan Ridho ya. Muatan nanti saya yang antar.
Bosnya diam cukup lama. Suara klakson kendaraan berhimpitan. Dam truknya yang besar cukup menghalangi jalan meski sudah agak menepi. Sopir dam sekaligus pemborong bangunan itu pun mengangguk. Andi langsung menelepon anak bosnya.
Tiiit "Assalaamualaikuum. Dho, lagi di mana? bisa jemput Bapak? ... Bapak sakit ini ... Iya ...Iya ... Ini di dekat tugu ... Iya ... Iya." Tiiit. Andi menutup telepon. "Ridho sebentar lagi datang, Pak." Pak Aziz tak merespon. Ia memejamkan mata. Hukh hukh... Batuknya datang-pergi.
Tak berselang lama Ridho datang. Andi membantu bosnya naik membonceng. "Langsung dibawa ke Puskesmas saja, Dho." "Iya," sahut Ridho.
Pemuda jangkung itu pun pindah posisi. Menyetel tape. Mengganti musik koplo kesukaan bosnya dengan sholawat-sholawat dari Sabyan Gambus. Menekan pedal gas menyopiri dam bosnya mengantar muatan. Pelan saja.
Pulang-pulang Andi merasa aneh. Tak ada orang di rumah bosnya. Kunci dam pun akhirnya ia titip di tetangga.
"Pak Aziz kena Covid. Itu yang membuatnya demam dan batuk-batuk. Begitu kata dokter di Puskesmas," jelas tetangga saat dititipi kunci. "Tadi pak Kadus umumkan di musholla"
"Eh, tadi keluar sama kamu, Kan?" "Lepas di situ saja kuncinya!" "Ya. Ya." Tetangga itu menghindari berdekatan dengan Andi. Saat Andi hendak bersalaman, tetangga itu menolak.
Sepanjang jalan dari rumah Pak Aziz ke rumahnya, Andi melihat tatapan aneh orang kepadanya. Mereka seolah berbisik namun terdengar jelas.
"Dia tadi keluar sama toke itu"
"Kasian sih dia kena getah"
"Tahu kenapa toke itu kena virus?" "Itu azab buat orang pelit, kikip, bin medit."
"Asli. Bener. Kikipnya si rahasia umum." "Saking pelitnya, gak mau dia bayar orang buat nyupir. Padahal uangnya sudah kayak bank."
Andi berlalu. Ia tahu betul kalau bosnya terkenal pelit. Hanya saja, selama bekerja padanya, Andi tak merasa bosnya seperti itu. Makanya ia betah bekerja jadi kernet dam. Gajinya cukup untuk kebutuhan sehari-hari dan ibadahnya tidak pernah terganggu.
Senggigi, 09 April 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
keren cerpennya
Terima kasih apresiasinya, Pak.
Mantap
Siaaap