Gamis Incaran
#TantanganGurusiana
#TantanganHarike-8
Kategori: Cerpen
8
GAMIS INCARAN
Allah indah dan menyukai keindahan. Tanya-tanya, inbox aja ya, Ukht.
Unggah Sara disertai dengan puluhan foto gamis dan blazer model terkini. Lisna tersenyum kecut. Menurutnya, agak janggal bagi seseorang yang mengaku agamis tapi gemar mendorong orang lain untuk boros dan bermewah-mewahan.
"Bukankah menumpuk-numpuk pakaian itu mubazir dan mubazir itu temannya setan?" Batin Lisna mengulangi kalimat yang diucapkan ustaz muda lulusan Mesir saat mengisi pengajian di kampungnya.
"Palingan sehari-hari dia tampil alim, berhijab hanya untuk mengundang perhatian. Tujuannya tentu untuk memamerkan koleksi bajunya yang banyak," cibir Lisna dalam hati. Lisna sangat tidak suka dengan orang-orang yang berpenampilan sok suci tapi punya maksud lain. "Tidak lillahita'ala. Lebih baik jujur saja kalau mau jualan. Untuk apa pakai acara jual ayat, jual hadist segala. Munafik."
Sara memang tidak pernah mengunggah kesehariannya dengan keluarga. Saat mengunggah foto diri dengan koleksi baju jualannya pun ia selalu menutup wajahnya dengan stiker. Tapi Lisna selalu memperhatikan, setiap kali Sara mengunggah foto pakaian, pasti ia gunakan pakaian itu berbelanja di warung ibunya. Kebetulan ibu Lisna -Nak Jamil- selain memproduksi es mambo, juga menjual aneka kebutuhan sehari-hari. Karena itulah warung Nak Jamil selalu ramai oleh ibu-ibu kampung yang berbelanja.
Meski datang lebih awal, Sara selalu mempersilakan Nak Jamil melayani ibu-ibu yang lain terlebih dahulu. Kalau sudah agak sepi barulah ia memilih kebutuhannya. Lisna berani bertaruh kalau itu tidak lain adalah trik Sara agar lebih banyak orang yang memperhatikan pakaian yang ia kenakan. Makanya kalau kemuakannya membuncah, Lisna turun tangan sendiri melayani Sara agar ia cepat-cepat pergi. Ia tidak senang melihat tampang munafik itu berlama-lama memamerkan senyumnya yang disantun-santunkan.
Jika Sara menanyakan harga-harga barang, Lisna selalu menjawab dengan ketus. "Kamu saja kalau orang tanya harga langsung suruh inbox," gerutunya dengan suara yang nyaris tak terdengar. Jika kebetulan suaminya ada di sana, Lisna langsung menyuruh suaminya pulang. Ada saja akalnya agar suaminya tidak sempat melihat Sara.
Sambil mengingat kelakuan Sara, jempolnya iseng membuka profil dengan gambar kartun berhijab itu. Lisna melihat koleksi foto satu persatu. Ia tertarik pada salah satu gamis berwarna krem. Motifnya simpel. Ia besarkan gambar gamis tersebut. Ia kira-kira dengan tubuhnya. Rasanya pas. Dia cocokkan dengan warna kulitnya, matching. Ia ingat-ingat koleksi jilbabnya barangkali ada yang cocok jika dipadankan dengan gamis dari brand Azira itu. Ketemu. Saat hendak membuka messenger untuk menanyakan apakah barangnya masih tersedia atau tidak, hapenya mati, baterainya habis.
Lisna buru-buru pulang mengambil charger. Di jalan dari warung ibunya ke rumah, ia berpapasan dengan Sara yang mengenakan baju krem pilihannya. Langkahnya terhenti. Sara menganggukkan kepala padanya dan tersenyum.
Senggigi, 30 Maret 2021

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
duuh Lisna, hatinya di penuhi hasad ya pak?, keren cerpennya
Mungkin Lisna adalah kebanyak kita, Bu. Hehe
Ketemu lagi dengan sara ...keren pak
Sara mungkin akan sering muncul nanti, Bu