MUHAMAD FATHUL AZIZ, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Bakri

Bakri

#TantanganGurusiana

#TantanganHarike-21

#KategoriCerpen

21

Bakri

Tongkrongan terasa sepi. Memang masih ada beberapa kawan-kawannya yang nyanyi-nyanyi di tempat biasa. Tapi tanpa Rahman, Bakri merasa kurang sreg. Sudah tidak ada yang melempar lelucon. Sudah tidak ada yang ngotot berdebat. Sudah tidak ada yang sok menyimpulkan pembicaraan. Obrolan jadi garing. Mutar-mutar sekitar Guru Latif, Tuaq Nuriyah, dan Pemerintah. Saat habis pembahasan, ujung-ujungnya ya nyanyi. Lagu-lagu Iwan Fals yang diulang berbulan-bulan. Bahkan mungkin bertahun-tahun. Membosankan.

Sejak punya pekerjaan, Rahman memang sudah tidak pernah lagi ke tongkrongan. "Kecapean," katanya. Bakri jadi kesal sendiri. Lama-lama ia pun mulai jarang keluar. Di rumah ia bengong sendiri. Main gitar sendiri. Ternyata bosan juga. Buka-buka hape. Menggulir-gulir sosial media yang berisi orang-orang pamer malah makin membuatnya muak. Bakri bingung mau ngapain.

Semakin sering terlihat di rumah, semakin terasa mau pecah telinganya diomeli ibunya. "Tidur, gitar, tidur, gitar terus kerjaanmu. Cari kerja sana!" "Gak tau malu. Sampai tua minta uang sama orang tua."

"Huhhh...," Bakri membuang kesal. Ia ngeloyor keluar rumah. Di jalan baru ia perhatikan ternyata memang hanya dia dan segelintir teman-teman tongkrongannya yang tidak kerja. Teman-teman seusianya yang lain ternyata sudah bekerja semua. Jadi karyawan, jadi satpam, jaga toko, jual pulsa, bahkan jadi kernet.

Benar kata ibunya, ia harusnya bekerja juga. Tiba-tiba ia merasa malu. Bagaimana mungkin selama ini ia tidak terpikir untuk mencari kerja. Bagaimana bisa selama ini ia bisa merasa santai-santai saja menghabiskan waktu hanya dengan keluyuran dan bergosip sepanjang malam dan tidur sepanjang hari. Bakri merasa harus berubah. Perubahan pada teman baiknya telah membuka matanya. Ia juga harus segera mencari kerja seperti Rahman.

"Tapi kerja apa? Apa saja. Apa saja? Ya, apa saja," batinnya berdiskusi sambil terus berjalan. Tak terasa ia sudah sampai di tongkrongan. Belum ada siapapun di sana. Hanya dia sendiri.

Bakri duduk memperhatikan sekitar. Di seberang jalan, di parkiran tempat photo copy, Aprian sibuk mengatur motor pengunjung. Ia tampak kewalahan menggeser-geser motor karena banyak sekali pengunjung sore itu. Ada yang datang dan harus diarahkan agar berjejer, ada yang hendak pergi dan harus dibantu mengeluarkan motor. Aprian mengusap keringat.

Lama Bakri memperhatikan ketua remaja itu sebelum akhirnya terpikir untuk menyeberang dan membantunya. Sesampai di parkiran photo copy-an, dengan cekatan Bakri membantu mengeluarkan motor pengunjung yang sudah selesai urusannya di toko itu.

Aprian menatap heran. Bakri menaikkan-turunkan alis membalas tatapan Aprian. "Aman, Bro," katanya sambil mengacungkan jempol ke udara. Aprian menyunggingkan senyum, "tumben?" godanya. Bakri hanya cengengesan digoda begitu.

Azan Maghrib berkumandang. Pengunjung toko mulai agak sepi. Aprian mengajak Bakri ke musholla.

Selepas mengambil air wudhu, sambil menunggu iqomah, Bakri curhat tentang dirinya yang kepikiran cari kerja. Aprian mendengarkan dengan seksama. Ketua remaja Dusun Pesona itu tahu betul maksud Bakri.

"Ya sudah. Bantu saya markir saja. Lumayan, Kok"

Ditanggapi begitu, Bakri menghembuskan nafas lega. Alhamdulillaah.

Senggigi, 12 April 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post