Masih ada waktu
Uban mulai terselap selip diantara rambut yang menipis, ikat rambut besar, berganti ikat rambut kecil tapi tetap tak terikat dengan kuat. Wajahpun berubah tak sesegar dulu, perlu perjuangan untuk mencerahkan, bedak dan pelembab menjadi wajib jika keluar rumah. Beberapa persendian mulai terasa sakit jika terlalu banyak kegiatan yang menguras energi atau perjalanan yang menyebabkan masuk angin. Untunglah sehelai kerudung menyelamatkan usia yang menapaki kepala lima.
Siswa atau teman sejawat masih menganggapnya selalu sama seperti dulu, tak banyak berubah. Tapi hati tak bisa dibohongi. Selama ini perjuangannya selalu gigih, mengapgrade diri untuk menjadi guru yang lebih baik. Dua puluh tahun tlah dia lewati dari perjuangan bertahan sebagai guru honor hingga menjadi pegawai negeri sipil yang dicapai saat usia tak lagi muda.
Semangat mengejar ilmu, mengabdi pada kemajuan sekolah , mencurahkan tenaga dan pikiran demi idealisme seorang guru.
Tak semuanya berakhir dengan mulus. Dia mulai menghitung masa yang tlah dia lewatkan saat fisiknya mulai merasa lelah.
Sisulung yang baik baik saja selama masa pubernya. Yang dia dan suaminya merasa bersyukur punya anak baik yang tak pernah membuat orangtua cemas. Yang tak banyak ulah dan dia pikir slalu memahami kondisi orangtuanya. Pada saatnya memberinya kejutan dengan berbagai hal yang tak dia ceritakan pada orantuanya. Sampai pada titik dia tak berani bertanya pada anaknya karena tak ingin menemukan jawaban yang diluar ekspektasi. Apa yang dia inginkan slalu bertentangan dengan keinginan anaknya. Namun sang anakpun tak berhasil pula dengan keinginannya. Dia sadar harapannya meleset, dia bosan menjelaskan pada orang, kenapa anaknya tak kuliah, kenapa bekerja itu, kenapa begini kenapa begitu. Dia ingin membanggakan anaknya namun tak bisa. Apa yang digugu dan ditiru ratusan muridnya sama sekali suaranya tak didengar oleh anaknya sendiri. Siapa yang memahami hatinya luka.
Dia takut anak keduanya meniru kakaknya. Harapannya tertumpu pada anak kelas 10 itu. Kekhawatirannya seringkali tak terbaca oleh mata anak anak.
Anak ketiganya memiliki kesulitan membaca, ada sedikit gejala disleksia. Harus nya dia meluangkan waktu lebih banyak untuk sibungsu. Anak yang pintar bicara dan slalu memahami hal hal yang diluar pemikiran orang dewasa itu kesulitan mengingat huruf. Awal belajar di kelas satu, dia harus menjalani pendidikan selama enam bulan, dan harus pula meninggalkan keluarga d3mi kata profesional. Saat pulang dia dipanggil oleh wali kelas anaknya, karena sang anak tak mau menulis dikelas dan hanya diam saja. (Bersambung)
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar