Mualdin Sinurat

Mualdin Sinurat adalah Guru Matematika di SMP Swasta Putri Cahaya Medan. Putra Batak dari pinggiran Danau Toba pulau Samosir kelahiran 1971 dan telah memi...

Selengkapnya
Navigasi Web
MEMANDANG TANPA MELIHAT

MEMANDANG TANPA MELIHAT

Suatu hari saya duduk bersama dua orang tuna netra. Kami sama-sama mengikuti acara yang dilaksanakan di alam terbuka. Acara belum dimulai. Kedua pria tuna netra yang duduk disebelah kiri saya itu larut dalam perbincangan. Saya mencoba menyimak perbincangan mereka.

Salah seorang bertanya kepada temannya: "menurut kamu pohon tempat kita berlindung ini pohon apa Bro?"

Temannya pun menjawab: "kalau menurut saya sih, pohon ini adalah pohon mangga. Coba kamu lihat daunnya ini ces." Dia pun memberikan daun yang dipegangnya kepada si Ces. Saya terkejut mendengar ucapan si Bro. "Coba kamu lihat" katanya. Padahal kedua mata mereka tidak bisa melihat. Saya pun semakin penasaran dan mengamati tingkah kedua orang tersebut.

Si Ces menerima dan meraba-raba daun itu. Kemudian membagi dua dan mencium baunya. Dia pun berkata: "benar Bro, perasaan saya mengatakan ini pohon mangga. Coba cium bau daunnya." Si Ces memberikan salah satu potongan daun itu kepada si Bro.

Perbincangan mereka berlanjut. "Bro, tempat ini enak ya. Aku kagum dengan situasinya. Tidak bising, nyaman, sejuk dan sepertinya banyak pepohonan di sekitar tempat ini."

"Ah...kamu pandai-pandaian saja. Dari mana kamu tahu tempat ini nyaman, banyak pohon?" Jawab si Bro.

"Bah, kamu kok tidak bisa melihat sih Ces. Pandang lah sekitar kita. Udaranya sejuk. Tidak ada suara berisik seperti di tempat kita. Dengar itu suara burung. Itu pertanda pepohonan banyak di tempat ini." Si Ces menjelaskan dengan serius.

Kembali saya merasa kedua pria itu berlelucon. Mereka menggunakan kata "lihat" dan "pandang". Bagaimana mereka bisa melihat dan memandang dengan kondisi mata yang mereka alami? Pikir saya dalam hati sambil tersenyum.

Tapi saya kagum dengan mereka berdua. Walau tak bisa melihat dengan kedua matanya, mereka tetap bisa melihat dengan hati dan memandang dengan perasaan. Sesuatu yang justru sering tidak bisa dilakukan oleh orang dengan penglihatan normal. Hati dan kedua matanya tidak digunakan untuk hal-hal yang lebih baik.

Mata, sering sekali digunakan lebih banyak untuk melihat kejelekan, kesalahan, keburukan, ataupun kekurangan dunia sekitar dan dan perbuatan orang lain. Jarang digunakan untuk melihat kebaikan maupun niat baik orang lain. Tidak bisa melihat keindahan, kebersihan, kesejukan dan kenyamanan alam sekitar. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena dia menggunakan matanya melihat tanpa hati dan dia memandang sesuatu tidak menggunakan perasaan.

Ada ungkapan mengatakan, "lebih baik saya tidak punya mata dari pada mata saya membuat saya tersesat dan kelak masuk neraka."

Nah, sekarang bagaimana dengan kita? Bisakah kita memandang sesuatu yang baik, indah, sejuk dan menarik tanpa harus melihat? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Horas, salam literasi!

#Tantangan365hariGurusiana

Gubuk Literasi, 021220-H155

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post