Siang tadi pas istirahat PTM saya melongok ke perpustakaan. Hanya ada satu orang. Penjaga perpustakaan. Sunyi.

Ya. Perpustakaan rindu pengunjung. Sudah hampir 2 tahun sepi pembaca. Ada yang datang hanya pada saat pembagian dan pengembalian buku-buku pelajaran.

Memang sudah bukan rahasia umum lagi. Minat baca anak-anak Indonesia masih sangat rendah. Ada benarnya juga apa yang disampaikan oleh Unicef dan PISA. Minat baca kita ketinggalan jauh dari negara-negara lain.

Apalagi ditingkahi dengan situasi pandemi. Yang mengharuskan siswa belajar dari rumah. Semakin merana saja keadaan perpustakaan-perpustakaan di sekolah.

Akan tetapi kondisinya berbanding terbalik dengan sosial media. Masyarakat indonesia ditengarai paling getol main sosmed. Intensitas interaksi dengan internet (baca: sosmed) justru menduduki peringkat 3 besar di dunia.

Buku Sastra Tak Tersentuh

Saya tadi sempat terpaku lama di sudut sastra. Banyak buku-buku fiksi yang masih 'perawan'. Belum tersentuh tangan sedikit pun. Padahal banyak buku-buku fiksi (novel dan puisi) yang berkualitas.

Ada triloginya Andrea Hirata (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor). Juga dwilogi Padang Bulan. Novel-novel lama seperti 'Priyayi'-nya Umar Kayam. Masih rapi ditempatnya.

Saya sendiri memutuskan pinjam buku untuk mengisi libur akhir pekan. Kumpulan puisinya Gunawan Mohamad (Fragmen) dan Di Kedai Teh Ah Mei (Nezar Patria) yang diberikan kata pengantar oleh Joko Pinurbo.

Semoga sedikit mengobati kerinduan perpustakaan.

JB, 261121