JEJAK DIGITAL ITU KEJAM
Jejak Digital Itu Kejam Pak Guru!
01 Mar @Opini
Jejak Digital Itu Kejam Pak Guru!
-Dian Garini Lituhayu-
Sama seperti ujaran, postingan dan BC kita adalah cerminan kita dan pola pikir kita. Meskipun selalu ada celah dan selisih, tulisan dan postingan kita, adalah hasil olah pikir dan pemahaman kita. Bagi mereka yang sudah mulai menulis, akan paham, bahwa bahan bakar menulis, harus lebih banyak mengendapkan pikiran dan perasaan. Cara mengolahnya dengan lebih banyak membaca, mendengar, mencermati.
Lebih jauh lagi, peta digital kita, afiliasi partai, musik kesukaan, model baju favorit, sakit yang diderita bahkan sampai keinginan yang paling mendalam bisa terlihat dari jejak digital kita, yang bagi orang-orang yang sudah tahu ilmunya, memetakan dan melacak pembuat, perencana dan pemrakarsa berita bohong bisa dilakukan dengan sangat mudah. Keahlian itu yang kepolisian kita sudah punya. Mungkin bahkan sudah secanggih Horatio, Gibbs atau kriminal labnya Taylor (tokoh CSI dan NCIS) Indonesia tidak pernah kekurangan ahli.
Sudah ada guru yang ditangkap karena sebagai guru, yang mestinya menjadi sumber inspirasi, hobinya menyebarkan berita hoax, berita bohong. Padahal guru mestinya tahu benar, menyebarluaskan berita bohong itu tidak baik, apapun alasannya. Benci dan tidak suka pada pihak lain boleh, wajar, tapi bersikap baik pun wajib dilakukan. Berkaitan dengan ujaran tentang orang, yang baik dikatakan baik, yang buruk dikatakan buruk. Lebih jauh lagi menyebarluaskan berita fitnah itu jelas bahayanya, fitnah bisa mengakibatkan perang dan kerusakan. Kalau guru masih enggan membaca, bersikap dewasa pada informasi yang diterimanya, cek dan ricek terhadap semua informasi yang sampai padanya, apa yang akan diajarkan pada murid-muridnya?
Dulu pernah kutulis, tentang 39 group WhatsApp yang kuikuti, sekarang menjadi 44. Kucermati pola postingan dan BC anggotanya. Yang kuperhatikan polanya mirip, mereka yang menyebar berita bohong, cenderung tidak memeriksa isinya, jebret, langsung sharing tanpa saring. Tidak sedikit yang mengandung isu permusuhan menjadi kebanggaan. Apalagi kalau sudah mensitir ayat, langsung dengan mudah disebarluaskan. Kalimat akhir yang cenderung memaksa yang menerima postingan agar jelas pembatas antara kelompok ini dan itu, sebetulnya jelas, bahwa itu pasti hoax. Misalnya jika anda orang beriman anda akan membagikan, jika anda golongan dajal pasti anda tidak akan membantu perjuangan tulisan baik ini menjadi viral, dan sejenisnya.
Beberapa admin group punya aturan ketat, jangan menyebarkan informasi yang belum jelas, mengandung isu yang bisa memicu perselisihan dan permusuhan, mengandung hujatan tanpa dasar, atau ujaran yang hanya melihat satu sisi tanpa melihat sisi lain sebagai pembanding. Ada pula aturan admin yang melarang mereshare tulisan orang lain, ini aturan yang paling keren, menurutku. Informasi yang didapat harus diolah dulu dan dikelola dulu, dibaca dulu, ditulis kembali dari sudut pembacanya, kemudian dituliskan kembali dengan bahasa sendiri, dengan bukti dan hasil pencarian sendiri.
Sekali lagi kemudian seorang dosen ditangkap, dengan kasus serupa. Menyebarluaskan berita hoax yang ternyata terkoordinir dan rapi penatalaksanaannya. Dosen yang konon mahaguru, yang segala sesuatu harus dilakukan dengan pertimbangan ilmu dan kajian ternyata bisa juga terjebak pada kebiasaan menyebarkan berita burung. Lalu apa yang akan ditularkannya pada mahasiswanya?
Dulu pernah ramai BC perihal Quraish Shihab yang dicacati iman Islamnya. Begitu ditelusuri, yang menyebarkan berita, mondok tidak, sekolah agama tidak, bahasa Arab tidak bisa, ngaji belepotan, tafsir Qur'an tak berilmu. Si tokoh malah hafidz qurQur, hafal semua kitab tafsir, fasih berbahasa Arab dan sudah lama berkecimpung di dunia pertafsiran.
Yang kumaksudkan adalah, siapapun yang menerima berita atau informasi miring, jika berkaitan dengan topik tokoh, yang harus dilakukan sebelum komentar dan menyebarluaskan informasi tersebut adalah mengukur diri. Lebih baik kah kita secara ilmu dan adab dibandingkan orang yang akan kita cacati secara informasi tersebut. Jika tidak terlalu paham dan kenal kita akan dia, cari tahu, baca buku, buka mata, endapkan. Lihat dari dua sisi.
Jika berkaitan dengan informasi non orang, perihal kesehatan atau keadaan, cari informasi lain dari media lain, yang valid dan resmi, bukan portal abal-abal, bandingkan, lihat tanggal dan cek foto, bukan foto dari zaman baheula dipasangkan dengan informasi terkini atau malah sebaliknya. Informasi menyesatkan pun membahayakan.
Guru harus berhenti menjadi penyebar kebohongan, kebencian dan berita dusta. Saringan guru harus lebih rapat. Caranya, guru harus lebih gaul, mau berhenti sejenak dan membaca lebih banyak. Menahan diri sekejap untuk mau mengurai kembali informasi sebelum menyebabkan kerusakan. Atau diam sama sekali.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar