Mom

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BELAJAR AKHLAK DARI ANJING

BELAJAR AKHLAK DARI ANJING

Belajar Akhlak Pada Anjing

10 Feb @Opini

Belajar Akhlak Pada Anjing

-Dian Garini Lituhayu-

Seorang siswa majelis akhlak berkunjung kepada gurunya dan berkata, "Tuan Guru, ayahku yang tinggal di kampung sebelah, berkenan mengundang Anda dalam acara keluarga kami pekan depan. Sudilah engkau datang wahai Tuan Guru.."

Lelaki yang disebutnya Tuan Guru itu mengangguk, "Insyaallah aku akan datang mengunjungi ayahmu di kampung sebelah."

Pada hari yang ditentukan, pesta besar yang diadakan di kampung sebelah memang dipenuhi banyak tamu undangan. Tuan Guru datang memenuhi undangan orangtua dari siswanya. Tapi karena berbaju sederhana, dia ditolak masuk ke dalam pertemuan tersebut. Penjaga pintu melarangnya masuk dan memintanya datang kembali setelah berganti pakaian. "Lihatlah pakaianmu Pak, tidak pantas datang ke pertemuan seperti ini dengan pakaian sedemikian. Ini pertemuan penting, pantaskanlah dirimu. Itu caramu menghormati tuan rumah.." Dengan tersenyum manis dan wajah yang tenang, lelaki itu melangkah pulang.

Untuk yang kedua kali, lelaki yang dipanggil guru itu hadir kembali ke pertemuan mengenakan pakaian terbaiknya.

Sesampainya di depan pintu, yang menemuinya adalah si tuan rumah, si tuan rumah bertanya, "Kamu siapa, apa kamu tidak lihat, pertemuan ini hanya untuk orang besar dan terpandang, untuk orang alim dan paham agama. Kamu ini siapa? Siapa yang mengundang kamu datang kemari. Aku tidak mengenalmu. Pulanglah.."

Tanpa diberikan kesempatan membalas ucapan si tuan rumah, tuan guru pulang kerumahnya. Hanya senyum manis yang diberikannya pada si tuan rumah yang baru saja mengucapkan kalimat-kalimat pedasnya. Baru saja duduk di dalam rumahnya. Pintu diketuk.

Ternyata, muridnya yang kemarin mengundang. Dengan tergopoh-gopoh dia mencium tangan gurunya dan berkata, "Maafkan ayah saya guru, ayah saya tidak mengenal wajah tuan guru, sehingga tidak tahu bahwa saya dan ayah saya sesungguhnya mengundang Anda ke acara kami.."

Lelaki yang dipanggil tuan guru itu kemudian berangkat ke pertemuan di kampung sebelah. Dengan berwajah manis dan tanpa rasa kesal sama sekali dia mengetuk pintu memohon diijinkan masuk.

Bukan anak didiknya, bukan orang tuanya, seorang penjaga pintu keluar dan bertanya dengan sangat keras, "Kamu lagi, kamu lagi, tadi tuanku sudah bilang padamu, kamu tidak diundang, disini pertemuan orang berilmu dan terpandang, kamu siapa."

Belum sempat tuan guru menjawab, dengan kasar penjaga itu mengusir dan mendorongnya meninggalkan pertemuan tersebut. Lelaki itu mengucapkan terimakasih dan tersenyum, kemudian beranjak pulang.

Baru setengah jalan menuju rumahnya, seorang lelaki berlari mengejarnya, sambil berteriak, "Tuan guru, tuan guru, maafkan penjaga rumah kami, mereka tidak tahu engkau adalah undangan kami.." Dengan tersenyum lelaki yang disebutnya tuan guru itu kembali ke pertemuan, berjalan ke pertemuan yang sudah dipadati pengunjung.

Sesampainya di depan pintu, dia mencari tuan rumah, mencari siswa yang mengundangnya dan mencari sosok wajah yang dikenalnya. Tak satupun terlihat, seorang anak muda berusia belasan tahun keluar dari pintu ruang pertemuan.

"Pak, mengapa engkau tidak masuk? Kami sedang menunggu guru yang akan memberikan hikmah dan teladan untuk bahan belajar kami malam ini, tapi beliau belum datang. Padahal di dalam sudah sangat penuh. Aku keluar sesaat, ingin menghirup udara segar.."

Lelaki di depannya hanya tersenyum, kemudian duduk, disebelah anak muda tadi.

"Tuan rumah belum membukakan pintu, aku menunggu saja disini bersamamu, nanti kalau sudah saatnya diijinkan masuk, kita masuk bersama-sama.."

Anak muda itu mengangguk.

"Apakah kamu datang sendiri kemari?"

Lelaki yang disebut tuan guru itu membuka obrolan.

"Tidak, aku datang bersama ayah dan ibuku, tuan rumah pertemuan ini adalah pamanku. Kami diberitahu untuk hadir dan belajar akhlak yang baik dari seorang guru yang didatangkan dari kampung sebelah. Pamanku meyakinkan kami bahwa belajar ilmu itu penting, tapi belajar akhlak jauh lebih utama untuk diajarkan pertama kali.."

Lelaki yang disebut tuan guru itu mengangguk. "Bapak sendiri datang dari mana? Apakah bapak juga tertarik untuk belajar akhlak? Ibuku berkata padaku, kalau seorang punya ilmu saja, ketika lulus dan selesai, pasti dia sombong, tapi kalau dia punya akhlak, dia akan menjadi manusia yang tak mudah digerogoti penyakit dunia. Makanya kami datang kemari, ingin melihat bagaimana akhlak itu diajarkan."

Lelaki yang menjadi lawan bicaranya itu tersenyum dan menganggukkan kepala.

Masih dalam keadaan menunggu, tiba-tiba seorang lelaki dari dalam ruangan pertemuan datang menegur, "Hei, Pak Tua, anak muda, masuklah, acara akan segera kita mulai.."

Mereka berdua berdiri serentak, bergegas mendatangi pintu ruang pertemuan. Sesampainya di depan pintu, lelaki di depan pintu meluruskan tangannya memberi tanda pada lelaki muda untuk masuk. Tapi dengan tegas melarang lelaki yang berdiri di belakangnya.

"Aku tidak mengenalmu Pak, aku hanya mengenal anak muda ini, dia masih keponakan tuan rumah. Bapak tunggu saja disini. Kami sedang menunggu tamu penting." Lelaki itu kembali duduk di depan ruang pertemuan, memandangi bintang yang mulai muncul di langit malam.

Beberapa saat berlalu, seorang lelaki keluar dari pintu ruang pertemuan. Ternyata dia si tuan rumah.

"Aku tak pernah menemukan orang seperti Anda, berkali-kali diperlakukan buruk dengan kata-kata dan perilaku kami, engkau tak menyiratkan wajah kecewa dan marah. Engkau tersenyum manis dan tak terlihat kecewa. Akhlak siapa yang engkau tiru wahai tuan guru, ajari kami.."

Lelaki yang disebut tuan guru itu tersenyum, "Aku tak meniru akhlak siapa-siapa, aku hanya meniru akhlak anjing di kampungku. Anjing di kampungku itu sangat setia pada janji, tidak pernah menolak yang berbuat baik padanya, tapi kalau dia diusir dia pergi, nanti kalau dia dipanggil lagi, dia akan datang tanpa dendam, anjing di kampung saya itu mengajari saya, tidak penting bagaimana orang lain bersikap, yang penting kita, sikap kita. Anjing tahu benar mana orang baik dan orang jahat, tapi dia tidak pernah mengumbar kemana-mana bahwa si a jahat, si b busuk. Yang dilakukannya hanya datang jika dipanggil dengan manis, meski dipanggil tak manis pun, anjing akan tetap datang. Anjing itu setia pada manusia yang berlaku baik padanya tapi tak mudah kecewa pada mereka yang berlaku tak baik pada mereka.."

Tuan rumah mengangguk dalam.

Tak lama dia bertanya kembali, "Mengapa anjing tuan guru? Bukankah dia sering dianggap hina?" Tuan guru kemudian menyahut, "Manusia apa yang menganggap dirinya lebih mulia daripada anjing padahal dia juga membawa sampah besar dalam perutnya? Coba kalau perut Anda sebening kolam, kelihatan semua isinya, dan tercium semua baunya, Anda akan merasa apa? Merasa lebih mulia daripada manusia lainnya, padahal tersimpan di dalam hatinya rasa takut aib hidupnya terbongkar ke semua mata manusia. Apa ada jaminan Anda lebih mulia daripada anjing? Yakin?"

Tuan rumah meneteskan air matanya.

"Anjing memang sering dianggap hina oleh manusia, tapi mereka tak pernah menganggap diri mereka hina. Mereka dalam kebisuannya sangat bersyukur diciptakan sebagai anjing. Hidup mereka isinya menemani dan melayani manusia, yang mungkin saja tak menganggapnya, yang mungkin membencinya, yang mungkin berniat menyakitinya. Belajar tulus itu tidak usah terlalu jauh. Belajar akhlak itu tidak usah terlalu jauh.."

Bagi mereka yang sering disepelekan dan tak dianggap, kita belajar akhlak pada anjing saja.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ceritanya hikmahnya buk. Trims

23 Jan
Balas



search

New Post