Moh Jumadi, S.Pd

Orang yang suka berdandan perlente ini bernama Moh Jumadi, S.Pd, sering disebut juga dengan nama Mas Jumadi. Lahir di Desa Pilangwetan kecamatan Kebonag...

Selengkapnya
Navigasi Web

LEGENDA API ABADI MRAPEN

Fenomena Api Abadi Mrapen konon terbentuk berkat karomah yang dimiliki salah satu anggota Wali Songo yaitu Sunan Kalijaga. Kisahnya dimulai saat baru berdirinya Kerajaan Demak yang didirikan Raden Patah usai runtuhnya Kerajaan Majapahit pada 1525.

Kemudian Sunan Kalijaga sebagai salah satu ulama besar saat itu ditugaskan untuk membawa beberapa pusaka peninggalan Majapahit dan dari wilayah Jawa Timur ke Demak sebagai ibukota pemerintahan yang baru. Pada saat itu Raden Patah atas saran para Wali Songo berniat untuk membangun sebuah masjid agung di ibukota negara.

Lalu berangkatlah rombongan Sunan Kalijaga ke Demak, setelah sampai di Desa Manggarmas, Grobogan mereka merasa sangat letih. Kemudian rombongan itu beristirahat, karena tidak ada air untuk minum, maka SunanKalijaga berdoa memohon kepada Allah SWT agar diberi air untuk minum para pengikutnya.

Kemudian tongkatnya ditancapkannya ke tanah, lalu dicabutnya kembali. Tetapi yang keluar bukan air namun api yang tidak dapat padam (api abadi), sejak itulah tempat itu disebut Mrapen. Kemudian di tempat lain dilakukan hal yang sama dan keluarlah pancuran air yang jernih, yang dapat diminum. Akhirnya tempat air tersebut dinamakan Sendang Dudo. Demikian rombongan itu lalu meminum dari sendang tersebut setelah hilang letihnya mereka melanjutkan perjalanannya ke Demak.

Sesampainya di Demak barang - barangnya yang dibawa diteliti. Ternyata ada yang ketinggalan di Mrapen, berupa sebuah ompak (alis tiang). Namun Sunan Kalijaga menyatakan ompak itu tidak perlu diambil sebab nantinya akan banyak gunanya. Batu ompak itu kemudian dikenal dengan Watu Bobot.

Suatu ketika tempat tersebut digunakan oleh Jaka Supa untuk membuat keris pusaka atas perintah Sunan Kalijaga. Jaka Supa adalah Putra Tumenggung Empu Supodriyo, seorang Wedana Bupati empu (tukang membuat alat perang dari besi) Kerajaan Majapahit.

Pada waktu itu Jaka Supa sendiri telah menjabat sebagai jajar empu walaupun dia abdi Majapahit, tetapi dia telah belajar agama Islam pada Sunan Kalijaga. Di tempat ini Jaka Supa atau Empu Supa membuat keris yang diberi nama Keris Kiai Songlat atau Kiai Selamet. Uniknya keris ini dibuat tidak menggunakan alat pemukul (palu) tapi di tekan-tekan dengan jarinya. Sedangkan untuk memanaskan besinya dan pembakaran digunakan Api Abadi Mrapen. Watu Bobot digunakan sebagai landasannya. Sedang air sendang juga digunakan sebagai penyepuhnya. Aneh, air yang tadinya jernih setelah dipakai untuk menyepuh keris berubah warna menjadi kuning kecoklat - coklatan sampai sekarang.

Konon kabarnya air Sendang Dudo ini juga dapat dipergunakan untuk mengobati penyakit kulit, serta batu bobot yang konon apabila seseorang dapat mengangkatnya maka yang mengangkat tersebut akan mendapatkan keinginannya. Pada waktu Sultan Trenggono memerintah Kerajaan Demak, Mrapen mendapat perhatian karena sebagai tempat pembuatan pusaka kerajaan. Peninggalan Sunan Kalijaga tersebut (Mrapen) diberikan sebagai tanah perdikan kepada Ki Demang Singo Dirono. Kemudian perawatan Mrapen dilanjutkan keturunannya sampai sekarang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wow, saya baru tahu. Keren Pak. Jangan lupa untuk berkunjung ke tulisan saya

05 Apr
Balas

Siap pak Mahfud Aly. Kita saling follow dan support.

05 Apr
Balas



search

New Post