Mochamad Makruf

Saya adalah penulis lepas dan mantan wartawan Jawa Pos Group. Pria biasa yang suka menulis. Menulis ibarat melukis. Bila ada ide atau opini harus segera ditulis...

Selengkapnya
Navigasi Web
Apakah Kita Siap di Era Disruption?

Apakah Kita Siap di Era Disruption?

BILA berbicara generasi digital dan milienial maka erat kaitannya dengan era disruption. Saat ini memang era disruption. Apa disruption?

Menurut Clayton Magleby Christensen, dosen dan pakar bisnis The Kim B. Clark Professor of Business Administration at the Harvard Business School of Harvard University, disruption adalah inovasi yang mengakibatkan cara-cara lama berakhir.

Menurut Prof. Rhenald Kasali, dalam bukunya “Disruption”, adalah dunia bisnis konvensional berlawanan dengan bisnis internet thing yang silence dan mendadak being giant.

Lawan bisnis internet thing tersebut tidak terlihat. Tapi tahu tahu mereka sedemikian besar. Bahkan amat sangat besar. Mereka langsung masuk ke rumah-rumah konsumen, dari pintu ke pintu, secara online, melalui smartphone. Para pemain lama (incumbent) tak bisa mendeteksi karena lawan-lawan berada di luar jangkauan radar mereka.

Untuk bertahan di era disruption ini, maka pemain lama akan melakukan disruptive pada bisnis mereka sendiri. Telkom misalkan mulai menggantikan bisnis lama fixed line dengan fiber optic. BUMN ini juga bekerjasama dengan PT Angkasa Pura 2 membangun platform smart airport, mengembangkan sendiri UseeTV yang mendisrupsi bisnis TV kabel.

Bagaimana taksi Bluebird yang besar bisa kalang kabut dengan kehadiran taksi online Gocar milik Gojek dan Grab. Dan, Gojek yang merupakan plat form transportasi online sampai saat ini juga tidak memiliki armada sepeda motor atau mobil dalam jumlah besar seperti layaknya blue bird.

Karena Gojek bukan perusahaan transportasi tapi hanya platform bisnis transportasi di mana mempertemukan pengguna dengan alat transportasi yang dimiliki individu masyakat pemilik kendaraan.

Karena itu Bluebird supaya tidak terlindas bisnisnya melakukan shifting. Bluebird bekerjasama dengan Gojek melalui Gocar. Karena itu bila Anda ke bandara dan klik Gocar maka yang muncul terkadang taksi Bluebird dan tarifnya harus mengikuti ketentuan Gocar. Shifting.

Dalam bisnis disruption, sudah biasa diawal bisnis, pengusaha akan promosi besar-besaran atau bakar-bakar uang memperkenalkan bisnis platformnya.

Saat ini, bisnis platform yang tengah bakar-bakar uang antara lain Halodoc. Selain konsultasi dokter, bisnis ini juga memiliki jasa pengambilan obat di rumah sakit dan diantar secara gratis,

Pasien-pasien BPJS biasanya antre pengambilan obat di apotek rumah sakit cukup lama. Halodoc melihat peluang tersebut. Halodoc mempertemukan pasien dengan apotek.

Jadi para pasien setelah diperiksa dokter, mereka segera ke booth Halodoc untuk meminta resp obatnya diambilkan dan diantar ke rumah. Booth Halodoc bertuliskan “ halodoc. Tanpa Antre, Obat Diantar ke Rumah, GRATIS!” dengan warna merah menyala.

SPG Halodoc mendata pasien dan meminta resepnya. Tunggu saja, besoknya obat pasien diantar Halodoc memakai jasa Gojek ke rumahnya. Menariknya semuanya gratis.

Platform ini mencoba membiasakan pasien menggunakan jasanya dengan gratis entah sampai berapa lama. Bila nanti pasien merasa ketagihan, maka halodoc bisa jadi akan mengenakan tarif. Promo halodoc ini, saya temui di RSI Siti Hajar, Jl R. Patah No.70-72, Sidoarjo, Jawa Timur.Kemungkinan di rumah rumah sakit lainnya di Jawa juga ada promo serupa.

Solusi

Dalam seminar Suara Surabaya Economic Forum (SSEF) 2019, pada 5 Desember 2019 Grand City Mall, Surabaya, Prof. Rhenald juga mengatakan bagaimana ciri-ciri bisnis disruption. Layanan bisnis, simpler (lebih sederhana), cheaper (lebih murah) sharing resource, accessible (lebih terjangkau), faster (lebih cepat), dan banyak hal yang oversupply dan kadaluarsa.

Bagaimana solusi menghadapi disruption era:

1.Shifting. Bisnis lama harus bergabung dengan platform untuk menjadi produk layanan baru.

2.Eksploitasi yang lama, namun juga harus eksplorasi.

Jangan puas dengan kejayaan bisnis lama di era disruption. Bila pengusaha tidak sadar dan hanya bangga akan kekuatannya sendiri tanpa eksplorasi, dipastikan bisnisnya akan tenggelam.

3. Investasi SDM dan peremajaan alat-alat dan lainnya.

Disarankan peremajaan SDM. Jadi perusahaan rekrut tenaga-tenaga muda milenial yang sudah familiar dengan internet dibandingkan orang tua.

4. Jaga likuiditas dan jangan over asset.

5. Belajar lagi pada hal-hal yang baru.

Di dalam era disruption, maka dunia perbankan harus mendisruption dirinya sendiri. Maka muncullah jasa keuangan online atau FinTech. Bagaimana peluang FinTech di Indonesia. Ternyata sangat besar sekali.

Opportuniy and Challenges

Sementara itu, Direktur OVO, Johny Widodo, yang juga pembicara dalam seminar SSEF 2019 tersebut memaparkan opportunity and challengges FinTech di Indonesia.

Berikut opportunity-nya. Fakta, Indonesia memiliki populasi terbesar ke empat dunia (265 juta), kelas menengah di Indonesia meningkat dua kali sebelum 2030, GDP/capita naik 60% by 2030, Urban pop (anak-anak milenial) naik 30% by 2030. Buktinya, pengguna internet sekitar 133 juta, mobile subscription sekitar 370 juta, sekitar 90 juta active mobile social users.

Affordable mobile data (mobil data harga terjangkau) (50% from peer ASEAN). Expected e-commerce boom sekitar USD 40 triliun by 2022. Digitally active consumers dalam populasi bank tumbuh lebih cepat di Asia dan akan tumbuh dua kali lipat dalam empat tahun ke depan. Nomor satu negeri yang paling banyak download finance apps.

Bagaimana challenges atau tantanganya? Tantangan ini terkait fakta yang terjadi di lapangan sampai saat ini. Masih banyak orang belanja offline dan

pembayaran tunai. Banyak kartu-kartu pelanggan. Banyak dan terlalu sering mengunjungi bank offline. Sehingga di bank banyak terjadi antrean.

Di era disruption seharusnya ini tidak boleh terjadi dan ini peluang untuk dipecahkan bagaimana mengatasinya dengan simple way. Bank-bank incumbent tidak siap melakukan shifting ke digital.

Banyak start up dibangun tapi hanya fokus pada pembayaran, tapi pelayanan keuangan yang lain masih banyak dan belum tergarap. Tinggi peraturan pemerintah--menghalangi laju disruption. ''Infrastuktur di Indonesia masih berkembang dibanding negara tetangga,'' kata Johny Widodo yang mengaku jarang sekali berkunjung ke bank.

Bank Konvensional itu Antre

Di era distruption sudah tidak ada antrean. Bila ada antrean di bank atau instansi pelayanan publik, berarti bisnis atau institusi tersebut masih konvensional. Mereka belum siap menghadapi era disruption. Era inovasi yang menjadikan semuanya di genggaman tangan melalui smartphone dan simple.

Kantor Imigrasi sudah mengubah pelayanannya dengan online. Semula bila kita mengurus paspor, pasti antree panjang. Namun kini sudah tidak lagi. Masyarakat bila mau antre paspor harus download apss antrean paspor. Dan, daftar antrean di apps tersebut. Seharusnya itu diterapkan di Kantor Catatan Sipil dan pelayanan umum lainnya.

Bila Surabaya kuotanya habis maka kita bisa ambil kuota di Kota Mojokerto atau Malang melalui pendaftaran online tersebut. Sehingga antrean pendaftar paspor bisa dikurangi dan masyarakat nyaman. Penyelesaian paspor juga Cuma tiga hari dan biaya paspor sesuai ketentuan yang berlaku.

Internet bank sudah menghapus kasir. Kita tidak perlu ke bank untuk transfer uang. Bila ada pembayaran kita tinggal menggunakan online wallet seperti produk dana atau ovo. Jadi tinggal top up dana dan pembayaran via wallet tersebut. Cukup simple.

Tool atau alat satu-satunya disruption era adalah smartphone atau HP. Bila suatu bisnis itu pelayanan cukup melalui HP, maka bisnis tersebut sudah siap bertarung di era disruption. Cukup menyentuh layar smartphone semua urusan perbankan beres semua. Itu FinTech yang sebenarnya.

Dulu, untuk membeli makanan, kita harus keliling pakai motor atau mobil mencari warung atau restoran. Tapi sekarang, pembeli duduk-duduk di rumah tinggal klik Gofood, pembayaran via Gopay, sudah tunggu sekitar 10 menit, makanan sudah dikirim oleh Gojek. Tanpa buang waktu, nyaman dan kita bisa menggunakan waktu kita untuk yang lain.

Jadi bila kita masih mengunjungi kantor bisnis itu melakukan urusan adminitrasi dan antree berjam-jam--ini masih bisnis konvensional. Bisnis dinosaurus yang sebentar lagi dilumatkan oleh meteor meteor besar bisnis disruption.

Apakah Anda atau bisnis Anda sudah siap bersaing di era disruption. Di era ini kuncinya jangan berpuas diri, terus belajar atau eksplorasi mencari hal-hal yang baru dan selalu waspada. ([email protected])

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post