Moch. Afan Zulkarnain

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Selamat Datang Selamat Belanja

Selamat Datang Selamat Belanja

Penulis : Moch Afan Zulkarnain

Saya yakin ketika anda membaca judul artikel ini, pasti anda terbayang dengan sapaan yang selalu kita dengar sesaat setelah kita memasuki mini market. Selain kalimat itu, ada juga kalimat, “pulsanya sekalian,pak?” atau “terima kasih, selamat belanja kembali,” yang juga familiar di telinga kita.

Penulis artikel ini pernah mengucapkan kalimat itu, kawan. Ia mengucapkannya lengkap dengan memakai seragam. Ya, ia pernah melakoni pekerjaan di mini market tersebut.

Tahun 2011, saya memutuskan resign dari perusahaan tempat saya bekerja. Bodohnya saya waktu itu adalah mengundurkan diri tanpa kejelasan harus bekerja apa setelah itu.

Saya sempat menganggur beberapa bulan, dan memang betul kata orang, menganggur itu adalah puncak ketidak nyamanan. Pemasukan tak ada, tapi cibiran merajalela. Saya sudah melayangkan surat lamaran pekerjaan kemana-mana, tapi tak ada hasil. Nihil.

Saya insecure sekali waktu itu. Mau buat usaha tapi tak ada modal. Melamar kerja pun berakhir dengan penolakan. Hingga akhirnya saya mendapatkan pamflet di meja kasir minimarket saat saya belanja di sana. Pamflet lowongan pekerjaan di perusahaan minimarket tersebut untuk memenuhi kebutuhan karyawan di pulau dewata, Bali.

Saya sempat berpikir beberapa kali, apakah saya harus melamar pekerjaan ini? Sholat istikhoroh pun saya lakoni.

Akhirnya setelah berkomunikasi dengan orang tua, saya menutuskan untuk mengirimkan surat lamaran pekerjaan. Selang berapa lama, saya mendapatkan pesan singkat untuk datang ke sebuah toko cabang untuk tes tulis dan interview. Alhamdulillah, saya lolos dan mendapatkan kesempatan untuk bekerja di perusahaan tersebut.

Menyebranglah saya ke Bali dan mengikuti kegiatan training selama tiga hari. Aku dan bersama rekan-rekan seangkatan dibekali banyak pengetahuan mengenai cara display barang, cara melayani pembeli, cara menghitung sales, dan lain sebagainya.

Di hari terakhir, kami diminta untuk praktik di toko. Saat itulah, saya merasakan pengalaman luar biasa, melakukan pekerjaan yang sangat seratus delapan puluh derajat dengan pekerjaan saya sebelumnya. Dari bekerja di depan komputer dan hanya duduk saja, kemudian melakoni pekerjaan yang cukup menguras tenaga, apalagi saat truk barang tiba. Memindahkan barang dari truk ke toko cukup membuat seragam putih saya basah kuyup oleh keringat.

“Apa saya tetap melakoni pekerjaan ini?” itu kata saya dalam hati.

Namun, dimana muka saya letakkan apabila pulang ke kampung halaman membawa kegagalan? Memikirkan hal itu membuat semangat berjuang saya kembali berkobar.

Akhirnya, masa training selesai, satu persatu dari kami mendapatkan pengumuman mengenai lokasi toko tempat kami bekerja. Saya kedapatan di daerah pariwisata, legian Kuta. Alhamdulillah, di sana ada tempat menginap sehingga saya tidak perlu keluar uang untuk kost.

Sebulan pertama saya bertugas di toko di jalan Bunisari Kuta. Setelah itu saya dipindahkan. Toko cabang di dalam Bandara Ngurah Rai sedang kekurangan pramuniaga. Supervisor saya menawarkan hal itu, saya mengiyakan. Saya ingin lebih banyak pengalaman.

Alhamdulillah. Hanya sebulan setengah saya langsung dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi, Merchendiser atau MD. Saya adalah orang tercepat yang menduduki posisi tersebut diantara teman-teman training seangkatan. Di posisi ini , saya bisa menjadi kepala shift. Tugas kepala shift adalah bertanggung jawab dalam kelancaran pekerjaan di shift tersebut. Namun konsekuensi atas kenaikan jabatan ini, saya harus dipindahkan kembali ke salah satu toko di Legian.

Saya pun kembali tinggal di Legian. Namun hanya dalam waktu sebulan, terdapat pengumuman yang cukup menyakitkan. Toko kami harus ditutup. Salah satu alasannya adalah masa kontrak habis. Namun hikmahnya, saya bisa tahu bagaimana proses closing sebuah toko. Terlebih saya bekerja di shift terakhir toko tersebut berhenti beroperasi.

Personil toko kami lalu disebar. Saya pindah ke toko lain , masih di jalan Legian. Di toko itulah saya berproses lebih jauh. Banyak ilmu dan pengalaman berharga yang saya dapatkan disitu. Kekeluargaannya juga amat kental.

Di toko tersebut, saya pernah berurusan dengan bule yang mabuk. Dia ingin memecahkan kaca freezer saking emosinya. Permasalahan ada pada seorang pramuniaga yang tak bisa berbahasa Inggris. Si bule ingin membeli minuman yang menurutnya bisa meredakan mabuk, namun karena tak mengerti maksut si bule, kawan saya itu malah menawarkannya bir. Tentu hal itu membuat si bule tersinggung dan marah. Ia memaki-maki teman saya. Waktu itu saya ada di gudang untuk mengecek jumlah barang. Mendengar suara keributan, saya langsung ke depan. Tampak bule tersebut ingin memecahkan kaca freezer. Hal itu membuat saya panik. Jelas, karena saya sebagai kepala shift sangat bertanggung jawab bila ada kerusakan. Bersyukur saya sedikit lancar berbahasa Inggris, saya menanyakan baik-baik keinginan si bule sekaligus meminta maaf. Alhamdulillah bule itu mengerti, malah ia memberi saya uang hehehe. Alasannya adalah karena saya mengerti apa yang dia maksud. Aneh kan?

Saya juga pernah ketemu bule yang baik hati. Dia dari Australia. Dia membeli sebuah minuman mineral yang harganya di bawah lima ribu. Namun di dompetnya hanya ada uang seratus ribu. Belum sempat saya memberikan uang kembalian, bule itu malah memberikan sisanya kepada saya. Sempat saya katakan bahwa kembaliannya terlalu banyak. Tapi si bule tetap bersikeras. Tip untukku, katanya. Hehehe rezeki anak kost. Alhamdulillah.

Saya memutuskan berhenti setelah enam bulan saya menjadi karyawan di perusahaan retail itu. Ada beberapa alasan, salah satunya adalah saya ditawari pekerjaan sebagai penyiar. Saya juga berpikir sudah cukup saya merantau. Saya juga ingin melanjutkan kuliah.

Akhirnya, tepat Bulan September 2011, saya resmi mengundurkan diri.

Sampai sekarang saya mensyukuri setiap detik perjalanan bekerja di sana. Pengalaman yang berharga.Saya belajar kejujuran, disiplin, menghargai orang, etos kerja, dan lain sebagainya.

Sampai sekarang, ada satu SOP perusahaan retail tersebut yang selalu saya terapkan. Tiga S. Senyum, salam, dan sapa.

“Selamat datang di kelas, anak-anak. Selamat belajar dan berkarya.”

Sampai sekarang saya mengagumi SOP tersebut. Tiga kata yang mengandung daya magis untuk menarik simpati orang lain. Hal itu saya terapkan saat mengajar. Senyum, salam, dan sapa adalah tiga hal yang harus dilakukan guru kepada siswa. Menjadi guru yang bersahabat tentu akan memudahkan guru dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Siswa pun akan senang dalam belajar.

Saya menulis artikel ini, setelah belanja di salah satu cabang minimarket tersebut di Jombang. Saat itu seorang pramuniaga tengah mengangkat barang yang baru datang dari truk. Dia tetap tersenyum meskipun peluh di wajahnya terus mengucur.

Saya seperti melihat masa lalu. Terbayang perjuangan bekerja di perusahaan retail tersebut dulu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post