M. MAGHFUR QUMAIDI

Lahir di kabupaten kediri, pendidikan mulai dari SD sampai Madrasah Aliah di tempuh di kota kelahiran, tepatnya SDN keling 1, MTsN Model Pare (sekarang MTsN 1 K...

Selengkapnya
Navigasi Web
Karya Tanpa Kasta
https://www.google.co.id/search?q=kasta&rlz=1C1OKWM

Karya Tanpa Kasta

Geliat berkarya dari waktu kewaktu mengalami perubahan, era kebebasan berkreasi telah memerdekakan siapapun untuk mewujudkan mimpi-mimpinya, tidak memandang dari golongan mana untuk mewujudkanya. Berbeda pada zaman dulu, sebagaimana cerita mahabarata, hanya kasta kestria yang boleh belajar atau mempelajari ilmu berperang atau tata negara. Karna pun ditolak oleh seorang guru, karena dianggap dari kasta waisya, yakni sebagai anak seorang kusir. Dia tidak boleh belajar memanah, meski dia mempunyai kemampuan yang luar biasa. Selain itu ada seorang yang dari keturunan jelata, yang mempunyai kecakapan memanah terpaksa harus memotong ibu jarinya, agar kecakapan itu hilang. Seperti itu peradaban pada masa itu, untuk belajar, trampil, berkarya dilihat dari kastanya.

Cerita diatas hanyalah sebuah ilustrasi yang menggambarkan, betapa mahal dan sulitnya seseorang untuk memperoleh ilmu yang diinginkan, bila kastanya tidak sesuai. Pola pikir seperti itu lambat laun akan terkikis oleh waktu, meskipun mungkin tipe dan karakteristik itu untuk saat ini masih ada, sebagaimana yang disampaikan oleh bu Khoen Anthy dalam akun facebook, yang dia telah berhasil menulis 4 buku. Ada yang mengganggap bahwa menulis itu hanya layak untuk orang yang berstatus tertentu.

Harus dipahami, bahwa menulis itu sebenarnya adalah sebuah karya yang nilai materinya lebih besar dari rupiah yang telah diterima, karena menulis pada dasarnya ingin menyebarkan manfaat kepada orang lain, agar hidupnya lebih bermakna. Jika saja pemikiran kasta dan melihat segala sesuatu dilihat dari segi status, niscaya karya-karya besar itu tidak akan pernah lahir, karena bagaimanapun orang-orang yang bergolongan merasa terhormat itu belum tentu bisa mau berfikir keras, sebagaimana golongan yang dianggap berstatus dibawahnya.

Pemikir-pemikir besar yang buku-bukunya beredar sesungguhnya adalah karya-karya orang besar yang mau berfikir tentang bangsanya, bukan karena berapa uang yang akan diterima, selain itu karya dapat lahir dari siapa saja, tidak melihat, pangkat, golongan ataupun usia. Selamat berkarya para shabat penulis.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantabs

01 Nov
Balas

Siap saudaraku...

01 Nov

Luar biasa...mantap Pak

01 Nov
Balas

Barokalloh

01 Nov

Tetep semangat 45

01 Nov
Balas

Semangat...

01 Nov

Tulisan ini karya tingkat tinggi. Salam sehat dan sukses selalu. Barakallah, pak guru.

01 Nov
Balas

Barokalloh...

01 Nov

Subhanallah.... Hebat..Luar biasa

02 Nov
Balas

Betul pak, kasta terjadi juga pd masa penjajahan pak. Sukses selalu dan barakallah

01 Nov
Balas

Iya.. Siapapun boleh berkarya

01 Nov

Informasi yg Gagah...tks pak

01 Nov
Balas

Luar biasa

01 Nov
Balas

Barokalloh

01 Nov

Sangat berkasta,,

01 Nov
Balas

Hehe tulisan sudra ingin bertahta

01 Nov



search

New Post