Tentang Semarang
Awal Mei besok saya dan teman sekelas akan reuni di Dieng. Reuni ini adalah antar teman sekelas saat SMA, dan ini rutin kami lakukan sejak tahun 2016. Sebetulnya saya sudah pernah ke Dieng dan berharap reuni diadakan di daerah yang belum pernah saya kunjungi. Tapi bagaimana lagi, saya harus ikut suara yang dominan.
Karena kota besar terdekat adalah Semarang, dan saya belum pernah ke Semarang, maka saya mengambil satu hari sebelum kegiatan untuk menginap di Semarang.
Ada hubungan Semarang dengan sejarah hidup saya. Nenek buyut saya adalah perempuan dari Semarang. Nenek buyut yang saya maksud adalah nenek dari nenek saya. Jadi empat generasi di atas saya.
Nenek saya, ibu dari ibu saya lahir tahun 1913, jadi tahun berapa buyut saya lahir? Entahlah.
Cerita nenek saya, buyut ini masih gadis kecil saat dibawa dari Semarang dengan kapal ke Padang. Barangkali dia ditipu, dibujuk atau apalah. Tak terbayangkan bagaimana resah hati seorang anak perempuan berhari-hari di kapal menuju negeri asing yang tak dikenalnya sama sekali.
Buyut saya di jadikan pembantu di rumah keluarga Belanda. Syukurlah, seandainya beliau dijadikan perempuan pemuas nafsu, aduh..apakah saya masih hidup dengan setenang ini?
Buyut saya menikah dengan laki-laki Minang yang juga pekerja di rumah Belanda itu, tukang kebun kata nenek saya. Setelah itu mereka keluar dari rumah itu dan saya tak jelas mereka mencari nafkah dengan cara apa.
Yang jelas mereka punya beberapa anak, satu anak perempuannya menikah dengan orang Betawi asli yang merantau ke Padang, lahirlah nenek saya. Nenek saya menikah dengan orang Mersam (Jambi) lahirlah ibu saya.
Secara garis keturunan Minang yang mengikuti alur ibu, maka saya bukan orang Minang sebetulnya. Garis wajah Jawa mungkin masih ada di wajah saya, karena murid saya sering bertanya, "Ibu orang Jawa ya?"
Padahal sudah generasi sekian.
Jadi saat ke Semarang besok, setidaknya saya pernah menginjakkan kaki di tanah leluhur saya. Walaupun entah di mana Semarang pastinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah, lbh asyik lg bs mampir ke Sala Bunda. Kt bs kopdar spt sy dg sahabat penulis lainnya yg akhirnya dipersaudarakan. Ditunggu ya, Bund?
Saya juga berharap suatu saat bisa ke Solo Bu. Doakan ada rezeki dan kesempatan, tapi untuk bulan Mei ini belum bisa.