Ini hari ketiga Irfan berada di rumah mertua setelah akad nikah. Hari pertama tentu saja yang dimakan adalah hidangan pesta, sedang hari kedua lauk yang tersaji masih sisa dari hidangan pesta pernikahannya.

"Ayo Fan, makan yang banyak, enak ini lauknya" sapa ayah mertuanya dengan wajah berseri. Hal itu diulangi oleh ibu mertuanya juga dengan tersenyum. Rani istri yang baru dinikahinya mengambilkan nasi untuk Irfan. Hanya Irfan yang tak mengerti mengapa mereka di meja makan itu senang sekali dengan hidangan yang tersaji.

Ada ikan asin yang digoreng dengan cabe hijau, ada tumis toge lalu kerupuk udang. Irfan suka dengan tumis toge, dan tak ada masalah dengan kerupuk udang, tapi mengapa mesti ada ikan asin?

Irfan tak terbiasa makan ikan asin. Keluarganya tinggal tidak jauh dari pantai. Sehari-harinya mereka mengonsumsi ikan segar yang dibeli dari perahu nelayan dengan harga murah, sehingga tak pernah makan ikan asin.

"Ini ikan asin jambal, enak ini," kata ayah mertuanya. Terlihat sekali mereka ingin menghargai menantu baru dengan menghidangkan ikan asin paling mahal dibanding ikan asin lainnya. Tetapi kemudian keluarga itu menyadari kenyataan tak sesuai harapan, karena Irfan hanya mengambil secuil ikan asin lalu menghabiskan nasinya hanya dengan kerupuk.

"Maaf, Ibu tidak tahu kalau kamu tidak suka." Irfan sendiri merasa malu karena membuat suasana menjadi canggung. Pembicaraan sesudah itu membuat suasana menjadi cair, karena penyebabnya adalah mereka tinggal di daerah berbeda. Irfan tinggal di daerah pantai, sedang Rani di pegunungan.

Sejak saat itu, bila Irfan berkunjung ke rumah mertua, maka tak pernah lagi ada menu ikan asin.