Belajar mendisiplinkan diri tidaklah mudah. Ibarat atlit mengikuti pertandingan atau perlombaan dengan juri dan suporter diri sendiri. Peserta lomba dengan juri diri sendiri kadang kurang dapat mencambuk jiwa kompetitifnya karena tidak ada piagam, piala atau penghargaan lainnya. Menjadi supporter diri sendiri juga banyak tantangan. Memotivasi diri sendiri untuk tetap konsekuen pada komitmen di tengah-tengah kesibukan yang luar biasa, bukan pekerjaan yang ringan. Suporter harus mampu meyakinkan dan memotivasi terus menerus supaya peserta lomba mampu mengalahkan egonya.

Saat ini, saya sedang alami hal tersebut. Saya harus dapat menjadi juri dan suporter diri sendiri. Saya memberanikan diri mengikuti tantangan menulis 30 hari. Belajar mendisiplinkan diri dengan meluangkan waktu untuk menulis tanpa jeda selama 30 hari berturut-turut. Jika satu hari jeda atau kosong, saya harus mengulang kembali dari pertama. Hal tersebut tidaklah ringan. Baru masuk hari ke-5, muncul rasa ragu. Apakah saya bisa melanjutkan tantangan ini? Mengingat padatnya kegiatan dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya pun harus berjuang lebih keras lagi untuk mencambuk semangat diri sendiri. Saya harus berani keluar dari zona nyaman. Saya harus tetap berjuang dan berharap menjadi pemenang. Saya harus mampu mengalahkan diri sendiri. Ternyata, pertandingan yang paling berat adalah pertandingan melawan dan mengalahkan diri sendiri.