Min Hermina, SMPN 1 Cikampek-Krwg

Min Hermina, M.Pd. Saat ini mengajar di SMPN 1 Cikampek Kabupaten Karawang Jawa Barat...

Selengkapnya
Navigasi Web
PERJALANAN MERAIH MIMPI (Part 2)

PERJALANAN MERAIH MIMPI (Part 2)

Edisi : Menghalau Galau

#TantanganGurusiana

#Hari ke-83

20 April 2020

Sehari sebelum keberangkatan ke Adelaide, yakni pada tanggal 21 November 2013 para peserta yang tergabung dalam grup 6 West Java Teachers Adelaide Program (WJTAP) berkumpul di Hotel Permata Bandara Tangerang. Saat ini kami diberi pembekalan oleh Pak Riza yang memberikan arahan tentang tata cara menggunakan transportasi umum ketika naik bus, trem atau kereta api. Selain itu kami diberi arahan agar selalu menjaga paspor dan surat penting lainnya, kemudian cara mengganti kartu telepon, menukar uang, sopan santun, kebiasaan mengantre, cara mengisi formulir kedatangan, kebiasaan makan serta jenis barang yang tidak diizinkan masuk ke Australia. Semua dijelaskan secara terperinci oleh beliau, dan para peserta dipersilakan untuk mengecek kembali barang bawaannya untuk koper bagasi maksimal beratnya 30kg, sedangkan koper untuk di kabin pesawat hanya 7kg. Aku kembali memeriksa semua barang bawaanku agar tidak melebihi kapasitas. Jika overweight maka akan dikenakan denda yang tidak sedikit. Selain itu, kami dibekali uang saku AUD $200 dan sisanya akan diberikan pada saat kami tiba di Australia.

Keesokan harinya tepat pukul 10.00 WIB, para peserta sudah berkumpul di lobby hotel untuk segera berangkat menuju bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dengan menumpang bus khusus bandara, kami sudah siap dengan membawa kopor dan tas kabin serta berseragam jaket biru dongker yang super keren. Kami berangkat seraya diiringi doa restu dari keluarga dan handai taulan serta teman sejawat.

Tak terasa perjalanan 30 menit menuju bandara usai sudah. Kami turun dari bus dengan membawa barang masing-masing, lalu berjalan menyusuri area bandara menuju gerbang keberangkatan. Sebelum sampai gerbang, kami mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk pemeriksaan. Setiap peserta sudah disediakan line untuk mengantri. Tas tangan diperiksa oleh petugas dengan cermat untuk memastikan tidak membawa barang yang dilarang atau bersifat cairan. Tiba giliranku untuk diperiksa kelengkapan dokumen, paspor biru segera dibubuhi cap di bagian imigrasi. Tas kopor besar dan tas kabin ditimbang, jika itu tidak bermasalah langsung dimasukkan ke bagasi pesawat.

Setelah pemeriksaan dokumen dan bagasi selesai, kini kami diberi formulir kedatangan yang harus diisi dengan jujur dan benar. Di dalam formulir itu tertera barang-barang apa saja yang kami bawa, karena Pemerintah Australia menetapkan jenis barang yang tidak boleh masuk wilayahnya. Contohnya adalah produk kacang-kacangan dan turunannya. Selain itu, sambil menunggu waktu keberangkatan tiba, kami diberi sebuah map yang ternyata berisi daftar nama Host Family (HF) yang akan menjadi orang tua dan tempat tinggal kami selama berada di Adelaide. Kubaca berulangkali tulisan yang ada di sana. Jelas namaku tertera hanya seorang diri sementara teman-temanku berdua. Aku hanya bisa membayangkan bagaimana aku bisa tinggal seorang diri di tempat yang baru dan asing bagiku. Kali ini wajahku murung dan tak punya semangat, sementara yang lainnya bisa bercanda ria karena kelak mereka tinggal bersama. Untungnya ada Bu Lusy sahabatku, dia memberi semangat dan dorongan yang luarbiasa. Seketika energi positifku kembali muncul untuk mengalahkan rasa lemah ini. Aku harus bisa membuktikan bahwa meski aku tinggal seorang diri, aku akan mampu menjalaninya dan bertahan sekuat tenaga apapun yang akan terjadi.

Aku menarik nafas panjang, sebagai ungkapan syukurku pada Tuhan atas berkat dan anugerah-Nya sehingga aku dapat mengikuti kegiatan ini. Aku hanya bisa berdoa kiranya Dia selalu melindungiku dan menjauhkanku dari segala marabahaya. Kumohon pula agar Tuhan menyertaiku dalam perjalanan ini dan kembali dengan selamat tiada kurang suatu apapun, serta menjaga keluarga yang kutinggalkan di tanah air tercinta. Tak terasa butiran air mata menetes di pipi ketika kupanjatkan doa pada Tuhan sebelum aku meninggalkan Jakarta. Itulah caraku menghalau galau yang menerpa diri ini, dan kini tenanglah hatiku.

Tak terasa senja menyapa, kulihat tiket pesawat yang akan membawaku terbang tertera pukul 20.00 WIB dan itu artinya kami harus sudah siap di apron pada pukul 18.00 WIB. Sebenarnya aku sangat takut naik pesawat terbang, namun semua ini harus kujalani dengan penuh semangat dan hanya bisa berserah diri pada Tuhan.

Bagaimana pengalamanku ketika naik pesawat terbang ? Ikuti lanjutan kisahku ini.

Bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah ada namaku..he he he..memang kita sering bareng ya...

20 Apr
Balas

Ya,sayang waktu di sana berpisah

20 Apr

Nggak bisa tidur, awal naik pesawat!

20 Apr
Balas

alhamdulillah..menginspirasi sekali..makanya bahasa Inggrisnya cas cis cus...keren ikut bangga juga nih..salam

21 Apr
Balas

Pak Eko yg baik hati, b inggrisku pas2an aja he..he. Ikuti terus ya perjalananku ini, mksh sudah mampir

21 Apr

Betulll bu hj takutt

20 Apr
Balas

Pengalaman yg berkesan...tinggal sendiri di negri orang...hemmmm

20 Apr
Balas

Ya bu hj sedih juga krnga ada teman, terbayang sendiri di negeri orang

21 Apr



search

New Post