Takbir Keliling di Masa Remaja
Tanpa terasa hari ini adalah hari terakhir menjalankan ibadah puasa di tahun ini. Berakhirnya bulan ramadhan tinggal menghitung jam. Meskipun ada covid 19, suasana lebaran tampak terasa suasananya. Semua orang sibuk menyambut kedatangan hari raya idul fitri. Bagi ibu-ibunya tetap membuat kue-kue lebaran tanpa khawatir tidak ada tamu atau pun saudara yang bertandang ke rumah untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Bagi bapak-bapaknya pun sibuk mempercantik rumah dengan mengecat kembali dinding rumah yang catnya telah pudar terkena sinar matahari dan hujan.
Kenangan masa remaja saat masih sekolah di SMP, lebaran selalu punya cerita. Sebagai bagian dari remaja masjid waktu itu, ikut sibuk mengikuti rapat kecil untuk mempersiapkan tradisi takbir keliling yang diadakan saat malam lebaran. Berbagi tugas untuk kelancaran tradisi takbir keliling yang dikenal juga dengan istilah mider.
Takbir keliling yang sebagian pesertanya para remaja dan anak-anak berbaur dalam kegembiraan menjelang malam lebaran. Sebagian ada yang menyiapkan bambu-bambu kecil yang diisi minyak tanah untuk obor sebagai penerang lampu jalan. Karena waktu itu belum semua warga pasang listrik.
Sebagian lagi ada yang menyiapkan kentongan bambu untuk menambah kemeriahan takbir keliling. Aki, mic, toa, dan gerobak tak luput dari persiapan takbir keliling. Gerobak kecil ini disiapkan untuk membawa bedug yang didorong oleh beberapa remaja secara bergantian. Salah satu remaja bertugas untuk menabuh bedug mengiringi takbir yang dikumandangkan sepanjang jalan. Sesekali terdengar suara bledugan ikut memeriahkan takbir keliling dan disambut teriakan warga karena kaget mendengar suara dentuman bledugan yang keras.
Bak sedang pawai, perjalanan yang ditempuh biasanya sekitar lima sampai tujuh kilometer. Semuanya jalan kaki tidak ada yang bawa sepeda motor apalagi mobil. Berbaris tiga-tiga untuk menghindari jalan penuh dan memberi kesempatan kendaraan yang berpapasan. Semuanya tertib diatur. Anak-anak di bagian depan, diikuti para remaja putri, dan bagian belakang remaja putra yang mengiringi barisan takbir keliling.
Suasana yang sangat meriah. Apalagi saat melewati perkampungan tetangga, para warganya berderet depan rumah menyaksikan kemeriahan takbir keliling. Semuanya mengumandangkan takbir dengan semangat. Begitu luar biasa perasaan waktu itu. Menempuh perjalanan panjang hanya menggunakan sandal jepit dan melawan dinginnya angin malam.
Semua warga begitu bahagia menyambut hari kemenangan. Tidak ada yang bersedih saat malam lebaran. Dari yang kaya sampai yang hidup sehari-harinya pas-pasan. Semuanya bahagia. Semuanya berbinar-binar dan terasa tak sabar menanti akan datangnya esok hari. Mengumandangkan takbir sepanjang malam sampai menjelang sholat idul fitri. Terasa sekali kebersamaan dan kekeluargaannya. Lebaran penuh berkah, penuh dengan kebahagiaan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar