Mihartini

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
BENARKAH PUNGGUK MERINDUKAN BULAN? (TAGURSIANA  27)
https://images.search.yahoo.com/search/images?p=arti+peribahasa+bagai+pungguk+merindukan+bulan&fr=mcafee&type=E210US91215G91370&imgurl=http%3A%2F%2F2.bp.blogspot.com%2F-4EaOAYb74o0%2FVT7TLoPcYjI%2FAAAAAAAANnE%2FVNhBRMbPxes%2Fw1200-h630-p-k-no-nu%2FIMG_20150428_081553.JPG#id=15&iurl=http%3A%2F%2F1.bp.blogspot.com%2F-aQSqOxrmtx8%2FUxKebbZIyII%2FAAAAAAAABAc%2FtHmg9DzPJvM%2Fs1600%2Fpungguk%2Brindu.jpg&action=click

BENARKAH PUNGGUK MERINDUKAN BULAN? (TAGURSIANA 27)

Suatu saat saya pernah bertanya tentang makna peribahasa kepada para siswa yang saya ajar. Peribahasa tersebut yaitu “Bagai pungguk merindukan bulan”. Ternyata di luar dugaan, para siswa malah balik bertanya: “Pungguk itu apa, Bu?” tanya mereka hampir serempak. ‘Ya ampun!” batinku. “Kalau pungguk saja tidak tahu, bagaimana bisa memaknai peribahasa tersebut”. Akhirnya setelah saya beri tahu, pungguk itu adalah burung hantu, secara serempak mereka jawab: “O…..burung hantu…..!!!”

Saat istirahat di rumah sedang buka hp, ada beberapa notifikasi WA yang belum saya buka. Saat asyik membuka satu per satu, tiba-tiba suami datang mendekat. Dia memperlihatkan sebuah video yang dikirim temannya. Video tersebut ternyata bercerita tentang seorang pemuda usia remaja yang dikelilingi oleh sejumlah anak yang usianya sekitar 8-10 tahun. Pemuda tersebut bertanya pada anak-anak tentang peribahasa “Bagai pungguk merindukan bulan”. Tidak menanyakan makna peribahasa, melainkan melengkapi peribaasa, “Bagai pungguk merindukan …….”

Sambil mengipas-ngipaskan beberapa lembar uang 50 ribu-an yang dijanjikan sebagai hadiah bagi siapa yang bisa menyambung peribahasa tersebut, sang pemuda menanyai satu per satu anak-anak yang mengikutinya. Lucunya, anak-anak tersebut menjawab dengan polosnya:

“Bagai pungguk merindukan…..keluarganya”.

“Bagai pungguk merindukan…..pacarnya”.

“Bagai pungguk merindukan….rumahnya”.

Semua anak yang menjawab itu dinyatakan salah oleh sang pemuda. Karena semua salah, tiba-tiba salah seorang anak yang merasa penasaran menanyakan kepada si pemuda dengan polosnya, “Mengapa bulan yang dirindukan?”.

Si pemuda pun menjawab tak kalah polos, “Saya juga tidak tahu!”

Setelah Menonton video tersebut, tiba-tiba aku teringat peristiwa dulu di kelas terkait dengan para siswa yang tidak mengetahui apa itu pungguk. Hal tersebut membuat hati pikiran saya jadi tergelitik, khusunya oleh pertanyaan anak yang ada di video tersebut. Pikiran saya pun ikut terseret oleh pertanyaan itu. “Iya ya, ada hubungan apa antara burung hantu dengan bulan? Mengapa burung hantu merindukan bulan?” Pikiranku mulai mereka-reka jawaban kemungkinan. Apakah karena sang pembuat peribahasa tersebut hanya mengacu pada gambar-gambar kartun burung hantu yang sedang bertengger di dahan pohon dengan latar belakang bulan purnama. Dan anehnya, seandainya burung hantu merindukan bulan, kenapa burung tersebut tidak menghadap ke bulan?

Semua pertanyaan tersebut betul-betul membuat saya penasaran. Akhirnya saya buka si pinter mbah google. Saya lakukan googling terkait dengan peribahasa tersebut. Apa kaitannya bulan dengan burung hantu. Berdasarkan hasil pencarian di google, ternyata bulan tidak dirindukan oleh burung hantu, apalagi bulan purnama. Burung hantu tidak bisa mencari atau menangkap mangsa pada saat suasana terang. Bahkan berdasarkan hasil penelitian di saat bulan purnama, sulit sekali bagi burung hantu untuk memperoleh makanan, sehingga anak-anaknya sampai kelaparan. Saya hanya bisa tercengang membaca artikel tersebut.

Namun ada yang lebih mencengangkan dari artikel tersebut. Ternyata yang pantas merindukan bulan adalah tikus. Tikus sebagai salah satu binatang yang sering jadi mangsa burung hantu menginginkan malam yang terang. Dengan suasana malam yang terang di hutan, dia bisa meloloskan diri dari sorotan mata burung hantu yang sedang mengintainya. Ternyata penglihatan burung hantu akan terganggu oleh cahaya bulan. Nah, lucu kan? Siapa sebetulnya yang merindukan bulan?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bun ulasannya. Ijin saya follow, mhn follow back ya. Mksh

27 May
Balas

Terima kasih atas atensi dan apresiasinya ya Pak. Semoga setiap tulisan yang tergores mampu mengukir kebermaknaan. Salam literasi. Ok. Pak Suwarso, saya follback

27 May

iya juga sih ..hehe.. mantab bund ulasannya.. salam kenal, salam literasi

27 May
Balas

Terima kasih Bu Yati atas atensi dan apresiasinya. Semoga setiap tulisan mampu memberikan kebermakanaan. Salam kenal kembali dan salam literasi dari pulau Bali.

27 May

iya buk.. sukses selalu

27 May
Balas

Aamiin. Sukses juga untuk Bu Yati

27 May

Artikelnya disamping keren juga menarik sampai2 pembaca juga ikut penasaran.... pokoknya mantul dan sukses sll.

28 May
Balas

Terima ksih Pak Marchile atas atensi dan apresiasinya. Semoga setiap tulisan yang tergores mampu mengukir kebermaknaan , kebermanfaatan dan keberkahan yang bisa menghadirkan keridhoan Allah. Aamiin.

28 May

Menurut saya, peribahasa itu sudah bagus dan tidak perlu ada perubahan. Dari pembahasan ibu di atas, lebih menguatkan arti ketidakmungkinan. Dari keterangan di atas, ibu justru menjelaskan bahwa tidak mungkin burung hantu merindukan bulan karena menyebabkan burung hantu kesulitan mencari makan

07 May
Balas



search

New Post