Karmina PanTalib (Bagian Ke-1)
Karmina PanTalib
(Bagian Ke-1)
Tantangan Hari Ke-6
#TantanganGurusiana
Perkembangan dunia tulis-menulis di Gurusiana minggu ini sepertinya masih ramai dengan pantun. Ini adalah efek yang sangat positif dari pancingan Ceo Gurusiana, Bapak Mohammad Ihsan. Untuk itu saya akan menulis seputar pantun.
Pantun merupakan puisi Melayu lama yang memiliki rima/sajak di akhir barisnya. Walaupun termasuk jenis puisi lama, namun sampai sekarang masih diminati oleh masyarakat luas. Buktinya tak perlu jauh-jauh, semenjak Ceo melancarkan tantangan di akunnya tanggal 09 Mei yang lalu, pantun bermunculan bak cendawan tumbuh di musim penghujan, baik di Gurusiana maupun di WhatsApp grup. Sungguh fantastis pancingan Pak Ceo. Namun sebelum menulis pantun, ada baiknya kita mengetahui dulu sekelumit sejarah pantun.
Sesuai dengan asal katanya, pantun besaral dari kata penuntun yang dapat dimaknai sebagai tuntunan dalam menjalani kehidupan. Isi pantun pada umumnya berupa nasihat atau petuah untuk pedoman dalam pergaulan sehari-hari. Menurut beberapa sumber, pada zaman dahulu pantun tidak dituliskan tapi hanya diucapkan. Pengucapan pantun memiliki nada dan gaya tersendiri yang sangat berbeda dengan karya sastra lainnya. Seiring perkembangan zaman, akhirnya pantun mulai dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau. Alhamdulillah pantun ini dibukukan, kalau tidak tentu generasi sekarang tidak mengenal pantun. Berharap semoga kita dapat melestarikan pantun dengan berbagai cara, misalnya membaca atau menulis pantun.
Menulis pantun tidak sama dengan menulis karya sastra lainnya. Terlebih dahulu kita perlu mengenal ciri-ciri dan jenis-jenis pantun agar bisa melahirkan pantun yang bermakna. Berikut ini adalah beberapa jenis dan ciri pantun secara umum. Mari simak yuk!
A. Ciri-ciri Pantun:
1. Tiap bait terdiri dari empat baris
2. Tiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
(Jika kurang dari 8 atau lebih 12 suku kata berarti tidak sesuai kaidahnya)
3. Mempunyai sampiran dan isi
4. Baris pertama dan kedua berupa sampiran
5. Baris ketiga dan keempat berupa isi
6. Baris pertama bersajak dengan baris ke tiga
7. Baris kedua bersajak dengan baris keempat
(Sajak = rima, adalah bunyi akhir baris)
Berikut contoh pantunnya:
Pergi ke Padang membeli mangga,
singgah dahulu membeli kuini.
Wahai abang berkacamata,
bolehkah menemaniku hari ini.
he… he… he …, untuk abang yang berkacamata, ya
B. Jenis-jenis Pantun …………….. next …………
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Opbung... opini bersambung... lanjutkan bunda...
MAAF jika saya salah. Yang disajikan ini apakah termasuk PANTUN ?, sepertinya bukan ya??TETAP SEMANGAT GURU HEBAT INDONESIA.Salam kenalSalam SOGELSIPASSO ( sopo gelem sinau pasti iso )
Trm ksh komentarnya ya Pak. Pantun itu banyak jenisnya. Kalau ini jenis pantun muda-mudi. Maaf kalau keliru.
Maaf Pak, maksud Bapak kategorinya ya. Iya Pak, opini ini ya. Sudah diedit. Tadi krn fokus ke pantun makanya diisi kategori pantun. He ... he ... trm ksh ya Pak Eko. Salam Guru Hebat
Mau nanya nih Pak, "sopo gelem sinau pasti iso" apo aratinyo ???Ndak tau ambo do, agiah tau yo
Makasih pencerahannya buk...keren
Trm ksh sdh komen