METRIA ELIZA,S.Pd

Metria Eliza,S.Pd., sehari-hari dipanggil Merry dan bekerja sebagai guru SD di SDn 13 Tigo Jangko, Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat....

Selengkapnya
Navigasi Web
Sumpah yang Membinasakan (137)
Kiblat.net

Sumpah yang Membinasakan (137)

Pada zaman dahulu, di sebuah negeri, hidup berdampingan dua buah keluarga dari suku yang berbeda. Mereka awalnya hidup secara damai dan rukun dengan dipimpin oleh seorang datuak dari suku masing-masing. Ketika salah satu dari mereka ingin membuat rumah, maka ke dua keluarga dibantu seluruh warga akan bahu membahu bergotong royong mendirikan rumah, mulai dari pembersihan lahan sampai rumah itu berdiri sempurna. Kehidupan yang harmonis seperti ini berjalan selama bertahun-tahun.

Semakin lama salah satu suku tersebut semakin berkembang. Hal ini membuat lahan yang dimiliki semakin berkurang karena digunakan untuk perumahan . Keluarga Upiak yang berasal dari suku Abay ingin mendirikan sebuah rumah yang berbatasan langsung dengan tanah milik keluarga Azmi dari suku Badar.

Saat itu Upiak ingin membuat rumah yang besar sementara lahan yang dimilikinya tidak mencukupi. Sehingga tanpa setahu Azmi, Upiak menyuruh salah satu keluarganya untuk memperbesar lahannya dengan mengambil tanah milik keluarga Azmi. Semakin lama tanah yang dimiliki Upiak semakin besar sementara tanah dari Azmi semakin kecil. Upiak memang terkenal culas dan serakah.

Setelah menyadari hal ini, Azmi mencoba membicarakannya kepada Upiak secara baik-baik.

“Maaf, Uni, saya lihat, tanah Uni semakin lama semakin jauh ke tanah milik saya, mungkin Uni tidak mengetahuinya atau bagaimana, Uni? tanya Azmi dengan hati-hati.

“Apa maksudmu, Azmi, Kau menuduh Aku mengambil tanahmu, begitu? ujar Upiak langsung dengan ekspresi marah dan tangan berkacak pinggang.

“Maaf, Uni, bukan maksud Saya menuduh, Uni, tapi karena tanah yang sudah Uni bersihkan untuk mendirikan rumah, sudah melewati batas tanah saya. Bukankah Uni tahu, bahwa batas tanah tersebut adalah tanaman nanas yang berderet di antara tanah kita. Tetapi, sekarang tanaman nanas tersebut sudah tidak ada lagi,” ujar Azmi mencoba menjelaskan dengan tetap tenang.

“Enak saja Kamu bicara, sama saja Kamu menuduh Aku, mulai sekarang, hubungan kekeluargaan kita putus sampai di sini,” ujar Upiak sambil mengusir Azmi dari rumahnya.

Azmi yang diusir Upiak akhirnya pulang dan menceritakan hal itu kepada Datuaknya dan beberapa tetua di kampung itu. Para tetua akhirnya memberi saran untuk memanggil Datuak dari suku Upiak agar masalah tersebut dapat diselesaikan secara damai di Kerapatan Adat Nagari. Ternyata sebelum pertemuan itu terjadi, Datuak dari suku Upiak telah memberi nasihat kepada Upiak namun tidak digubrisnya. Sehingga Datuaknya berlepas tangan atas apapun yang terjadi kepada Upiak.

Datuak dari pihak Azmi mencoba mendatangi keluarga Upiak untuk mencari jalan keluarnya. Namun ketika, Datuak tersebut datang, Upiak langsung menghina Datuak dan bersikeras bahwa tanah itu adalah miliknya. Karena tidak menemukan titik temu, akhirnya Datuak meminta Upiak dan seluruh keluarganya untuk mengambil sumpah. Tanpa berpikir panjang, Upiak yang telah dibutakan oleh harta menyanggupi permintaan Datuak tersebut karena merasa malu untuk mundur.

“Baiklah, dengan disaksikan Allah SWT dan Alquran, kami bersumpah, bahwa siapapun di antara kami yang berdusta dalam perkara ini maka ka ateh indah bapucuk, ka bawah indak baurek, di tangah-tangah digiriak kumbang (ke atas tidak memiliki pucuk, ke bawah tidak memiliki urat, di tengah-tengah dilubangi kumbang artinya akan punah ). Semoga Allah SWT membuktikan kebenaran kepada kami,” ujar Datuak dan Upiak. Seketika petir terdengar di siang bolong begitu sumpah antara ke dua orang itu di ucapkan.

Tidak berapa lama kemudian, satu persatu keluarga Upiak meninggal secara mendadak dalam kurun waktu sepuluh tahun. Mulai dari ibunya, adiknya, empat orang anak perempuannya hingga akhirnya Upiak. Seluruh keluarga Upiak yang menyaksikan sumpah tersebut akhirnya meninggal. Sehingga tidak satupun keluarga Upiak yang hidup. Tinggallah rumah besar yang berdiri megah sampai saat ini dan hanya di huni oleh keluarga jauh dari Upiak. Allah SWT telah membuktikan kebenarannya kepada manusia.

Lintau, 30 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rancak caritonyo yi,

31 May
Balas

mksh ni..

31 May



search

New Post