Kisah Buyuang Letoy (142)
Di sebuah negeri hiduplah seorang pemuda yang bernama Buyuang Letoy. Ia adalah pemuda yang lugu, patuh, dan polos. Buyuang tinggal bersama kakak dan ibunya di sebuah rumah yang jauh dari pemukiman penduduk. Setiap hari Buyung selalu membantu kakaknya bekerja. Tetapi setiap apapun yang dikerjakannya sering salah karena keluguan dan kepolosan Buyuang.
Pada suatu hari, Buyung di suruh ibunya untuk membersihkan ladang karet milik mereka.
“Yuang, pergilah kamu ke ladang untuk membersihkan ladang kita di ujung kampung,” perintah ibunya.
“Apa yang harus aku lakukan, Bu? tanya Buyuang.
“Kau bersihkan ladang kita sehingga memerah tanahnya karena bersihnya, Ibu tidak mau melihat satupun rumput atau apapun di ladang itu,” instruksi ibunya kepada Buyuang.
“Baik, Bu, tapi,membersihkannya pakai apa, Bu? tanya Buyuang lagi.
“Kau bawalah cangkul, sabit dan peralatan lainnya yang kau rasa bisa untuk membantumu membersihkan ladang,” jawab ibunya dari dapur.
Mendengar perintah ibunya, Buyuang segera berangkat ke ladang. Setelah sampai di ladang dilihatnya ladang itu penuh dengan semak dan pohon-pohon besar. Dengan segera Buyuang mulai membersihkan ladangnya. Semua pohon-pohon di tebangnya, ia mulai mencangkul ladang itu tanpa kenal lelah. Terlihat separo ladangnya telah memerah oleh tanah bekas dicangkul. Tidak terlihat satupun pohon-pohon atapun rumput. Semuanya telah rata menjadi tanah.
Menjelang siang, ibunya datang membawakan Buyuang makan siang. Dari kejauhan ibunya memanggil dan meminta Buyuang istirahat di saung miliki mereka yang berjarak sekitar 100 meter dari ladangnya. Karena lelah bekerja dari pagi, Buyuang makan dengan lahapnya. Sementara ibunya meninggalkan Buyuang untuk melihat hasil pekerjaannya di ladang. Ketika sampai di ladang, ibunya berteriak-teriak memanggil Buyuang yang sedang menyuap nasi.
“Buyuang…., apa yang kau lakukan, Yuang….,” teriak ibunya.
Buyuang yang mendengar ibunya berteriak segera berlari menghampiri ibunya.
“Ada apa, Bu, coba Ibu lihat hasil pekerjaan Buyuang, sudah hampir separo ladang kita memerah oleh tanah tanpa ada satupun di atasnya,” jawab Buyuang sambil tersenyum bangga kepada ibunya.
“Buyuang…, Buyuang….., bersih sih bersih, Yuang, tapi bukan berarti pohon karet dan semua tanamannya lainnya kau hilangkan juga, kalau begini, bagaimana kita akan menadas karet, Yuang,” jawab ibunya sambil menangis histeris.
“Lho, bukankah Ibu memintaku untuk membersihkan semua yang ada di ladang kita hingga bersih dan tanahnya memerah, serta tidak ada satupun rumput atau apapun di atasnya. Ya, aku kan hanya mematahui perintah, Ibu,” jawab Buyuang dengan wajah polosnya.
“Ya Allah, Yuang, bukan begitu juga kali, Yuang,” ujar ibunya dan jatuh pingsan.
Buyuang hanya terdiam dan tak tahu apa yang terjadi hingga membuat ibunya pingsan.
Lintau, 4 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar