Dongeng Batu Tinggi part-1 (126)
Alkisah di sebuah negeri hiduplah seorang anak laki-laki bernama Samiun yang tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Samiun adalah anak yang rajin bekerja dan patuh kepada ibunya. Setiap hari Samiun selalu pergi ke ladang atau ke sawah. Apapun dilakukannya untuk membantu ibunya dan mendapatkan uang buat makan mereka sehari-hari.
Suatu hari, Samiun diminta oleh pak Udin untuk membersihkan ladangnya yang berada di sebuah perbukitan. Samiun menyanggupi pekerjaan itu karena mereka saat itu sudah kehabisan beras untuk makan. Maka pagi-pagi sekali Samiun sudah bangun dan berpamitan kepada ibunya untuk bekerja di ladang pak Udin.
Karena jarak yang cukup jauh dari rumahnya, Samiun baru sampai di ladang itu ketika matahari sudah terik. Akibat panas yang menyengat dan rasa lelah yang mendera, Samiun melepas lelahnya di sebuah batu yang berada di tepian sungai di dekat ladang itu. Suasana begitu hening dan sepi, angin sepoi-sepoi membuat Samiun menjadi tertidur dengan nyenyak. Sehingga tanpa terasa senja pun datang, sementara Samiun belum sempat mengerjakan apapun di ladang itu.
“Aduh, celaka, ternyata aku ketiduran cukup lama sehingga hari sudah senja. Aku belum sempat membersihkan ladang pak Udin,” batin Samiun dengan cemas. Samiun menjadi bingung, kalau ia pulang pasti akan kemalamam di jalan, sementara itu jalan menuju rumahnya harus melewati sebuah hutan lebat yang dipenuhi binatang buas dan cukup angker. Akhirnya Samiun memutuskan untuk bermalam di sebuah gubuk yang ada di ladang pak Udin. Ia berpikir kalau tidur di sana maka besok pagi ia bisa langsung bekerja dari pagi.
Sementara itu di rumahnya, ibu Samiun mulai gelisah dan merasa khawatir ketika Samiun belum pulang di saat hari sudah mulai magrib.
“Kemana anakku belum juga pulang sudah magrib begini? aku khawatir terjadi sesuatu padanya. Ya Allah, berilah perlindungan kepada anakku Samiun,” batin ibunya seraya berdoa untuk keselamatan Samiun sambil berjalan mondar-mandir di depan pintu.
Samiun yang saat itu berada di ladang di sebuah perbukitan yang jauh dari pemukiman penduduk dan di tengah hutan rimba pun merasa gelisah dan ketakutan. Suara binatang malam dan kelamnya hutan membuatnya tidak bisa memejamkan mata. Untuk menghilangkan dingin malam, ia mencoba membuat api unggun di depan pondok itu. Dari kejauhan terdengar suara lolongan serigala yang membuat bulu kuduk berdiri.
Tiba-tiba saja dari kejauhan Samiun melihat seberkas cahaya terang yang berasal dari dalam hutan. Melihat hal tersebut, Samiun menjadi heran dan penasaran. Kemudian terdengar bunyi suara orang yang memanggil-manggil namanya dengan suara yang semakin lama semakin keras.
“Samiun…., Samiun…., datanglah ke sini! ucap suara tersebut dari kejauhan.
Mendengar suara itu Samiun seperti tersihir dan menjadi patuh untuk mengikuti suara itu ke dalam hutan. Dengan langkah perlahan dan pasti Samiun berjalan menuju sumber suara yang semakin lama semakin menjauh.
Tanpa disadari Samiun sampai di tengah hutan dan melihat kerumunan orang yang sangat ramai di sebuah rumah besar dan megah.
“Aneh, kenapa ada rumah semegah ini di tengah hutan ini. Rasanya aku belum pernah melihat sebuah rumah pun di hutan ini selama bertahun-tahun apalagi dengan kerumunan orang yang banyak ini,” ujar Samiun di dalam hatinya dengan rasa keheranan. Di depan rumah besar itu terlihat orang sedang mengadakan pesta besar. Riuh rendah suara tabuhan gong dan gamelan membuat Samiun menjadi terpaku berdiri tanpa menyadari apa yang terjadi sesungguhnya.
Tiba-tiba saja tangan Samiun di pegang oleh seorang wanita cantik yang tiba-tiba hadir di samping Samiun tanpa di sadarinya.
“Siapa kamu? tanya Samiun dengan rasa terkejut.
“Aku Putri Dayang,” ujar wanita itu memperkenalkan dirinya.
“Putri Dayang siapa? Aku di mana? Kenapa ada begitu banyak orang di sini? Siapa kalian sebenarnya? tanya Samiun bertubi-tubi kepada wanita yang mengaku bernama Putri Dayang tersebut untuk menjawab rasa penasarannya.
“Kamu berada di kerajaan kami, jika kamu mau menjadi suamiku, aku akan penuhi semua keinginanmu.” Jawab Putri Dayang kepada Samiun tanpa malu-malu.
Samiun yang mendengar ucapan Putri Dayang mencoba mencerna semua ucapan wanita itu dan berusaha keras untuk berpikir keras. Ia perlahan mulai menyadari bahwa saat itu ia sedang berhadapan bukan dengan manusia. Ketika Putri Dayang menawarkan untuk mengabulkan semua keinginannya, Samiun mulai berpikir tentang ibunya. Ia tidak ingin melihat ibunya menderita selalu dan berniat memberikan ibunya kesenangan.
“Aku memiliki ibu yang sudah tua dan selama ini hidup dalam penderitaan. Aku ingin membuat ibuku senang dan bahagia,” ujar Samiun kepada wanita itu.
“Mudah sekali, aku akan membuat ibumu senang dan bahagia, tapi dengan syarat kamu harus menikahiku,” ujar wanita itu.
“Bagaimana mungkin aku menikahimu, sementara kamu bukanlah dari bangsa manusia,” ujar Samiun dengan hati-hati.
“Ya, kamu benar, tapi kalau kamu mau memenuhi keinginanku, aku akan memberikan kemewahan kepadamu bersama ibumu,” ujar wanita tersebut.
Samiun menjadi berpikir keras, disatu sisi ia ingin membahagiakan ibunya tapi disisi lain, ia juga takut. Setelah berpikir cukup lama akhirnya Samiun berkata kepada Putri Dayang.
“Baiklah, aku akan memenuhi keinginanmu. Aku bersedia menikahimu tapi dengan dua syarat,” ujar Samiun setelah memutar otaknya cukup lama.
“Sebutkan syaratmu, pasti aku penuhi,” ujar Putri Dayang.
“Syarat pertama, kamu harus memberikan aku sekantong emas berlian untuk membahagiakan ibuku. Syarat kedua….,aku akan menikahimu kalau ibuku memberikan restunya kepadamu,” jawab Samiun.
Mendengar syarat dari Samiun Putri Dayang menjadi termangu dan berpikir lama untuk memenuhi syarat dari Samiun.
“Untuk syarat pertama aku akan penuhi saat ini juga,”ujar Putri Dayang yang tiba-tiba terdiam sambil merapalkan sesuatu dan dalam sekejap di tangannya terlihat sekantong besar emas dan berlian. Melihat hal itu Samiun merasa sangat gembira sambil menerima kantong emas yang diberikan Putri Dayang.
“Untuk syarat kedua, bagaimana caranya aku untuk mendapatkan restu dari ibumu? Tanya Putri Dayang.
“Gampang saja, kamu harus bisa bertemu ibuku seperti manusia biasa, dan meminta restu dari ibuku secara langsung, tapi ingat ibuku tidak suka orang yang berbohong,” jawab Samiun.
“Hmm, baiklah, aku akan mengikutimu ke desa” ujar Putri Dayang.
Bersambung
Lintau, 19 Mei 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar