Terimakasih Makan Malamnya
Malam ini, selepas magrib, si bungsu menjemput ikan bakar yang kupesan sore tadi. Dia datang dengan membawa dua ekor ikan bakar kakap. Segera kusiapkan nasi dan minum. Kami makan lesehan didepan televisi dengan suami dan anak-anak. Ada kenikmatan yang luar biasa saat makan bersama-sama keluarga kecilku. Makan terasa nikmat dan lahap.
Ditengah santap malam, tiba-tiba handphoneku berbunyi, sebuah pesan singkat dari temanku. Beliau mengajak makan malam diluar. Alhamdulillah, rejeki anak sholehah ini. Aku tersenyum sambil membalas pesan singkat itu. Setelah membenahi sisa makan malam kami. Aku meraih hijabku dan membawa serta sikecil bersamaku. Karena kalau tidak bersamanya aku tidak punya alasan untuk pergi. Pasti suamiku tidak mengizinkanku pergi. Boleh pergi asal membawa sikecil, karena suamiku sedang menyelesaikan pekerjaannya. Baiklah kalau begitu, aku menitipkan sikecil dirumah bapak. Hanya sebentar, setelah makan malamku dengan temanku, aku akan segera pulang.
Sudah lama aku tidak pergi keluar dengan temanku itu. Mungkin dia gajian, karena tumben sekali dia mengajakku. Dulu waktu masih satu kantor dengannya, kami sering pergi bersama makan disela-sela waktu lowong kami. Setelah dia pindah tempat kerja, kami hanya sering berpapasan dijalan. Malam ini dia mengajakku makan malam, yah walaupun semangkok sup dan segelas es jeruk, itu sudah nikmat dan aku merasa puas. Bukan karena makanannya, terlebih lagi aku bisa bersilaturrahmi dengannya.
Kami bisa bercerita tentang pekerjaan kami. Saling bertukar pikiran. Meskipun usia kami terpaut jauh, dia lebih muda 10 atau 8 tahunan dariku tapi usia tidak membuat kami canggung untuk berteman. Aku bisa akrab dengan siapa saja. Karena dasarnya aku suka berteman dan menyukai hal-hal yang baru dan menantang. Kami memiliki banyak kesamaan dalam hal berpikir. Kami sama-sama memiliki semamgat kuat untuk belajar. Aku tahu apa yang dia inginkan, maka dua bulan lalu aku mengajaknya mengikuti pelatihan menulis di sagusabu online. Alhamdulillah dia bersemangat, tapi dia masih merasa belum percaya diri akan kemampuannya menjadi penulis.
Aku terus memberinya semangat agar dia bisa menulis dan memiliki karya buku sendiri, seperti impiannya dan impian kami. Meskipun aku masih sangat pemula namun kuberanikan diri untuk terus menulis agar aku bisa menjadi ahli dalam menulis. Begitu juga yang kukatakan padanya. Seperti halnya kita, dari berbaring, merangak, berjalan kemudian berlari begitulah diibaratkan seorang penulis, mulai dari merangkak. Suatu hari pasti bisa berlari alias menjadi penulis yang ahli.
Terimakasih dinner nya bu Elysabeth
19 Agustus 2020
#TantanganGurusiana hari ke-94
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar