Aku memeluk mas Arya. Air mataku menetes haru. Bagaimana tidak. Dia sudah memberiku kebahagiaan yang luar biasa. Dia menyayangi aku sepenuh hati. Dia mengerti diriku dan memenuhi semua keinginanku. Hari ini dia menyodorkan aku sebuah amlpop berisi tiket.

Dia baru saja pulang dari kantor. Aku buru-buru membukakannya pintu. Kami tidak punya pembantu rumah tangga. Semua pekerjaan di rumah aku yang tangani. Meskipun aku juga sibuk dengan pekerjaan di kantor tapi aku masih bisa menyelesaikan pekerjaanku di rumah. Ada mas Arya yang membantuku berbenah-benah dirumah di waktu luangnya.

"Terimakasih Mas." Ucapku.

Dia hanya tersenyum melihatku. Dia tampak puas sudah memberikanku sebuah kejutan luar biasa.

"Berangkatnya bulan depan. Masih bisa bersiap-siap". Katanya.

"Bagas biar Mas yang jaga. Dia juga sudah besar pasti tidak rewel kalau ditinggal" katanya lagi seolah tahu kekuatiranku.

Aku menyeka airmataku. Mataku masih memandang tiket yang baru saja kukeluarkan dari amplop putih itu. Tiket berangkat umroh. Aku sudah lama memimpikannya. Hari ini Mas Arya mewujudkan mimpiku.

"Terimakasih Mas. Sudah menjadi imam yang baik untukku"

Teringat lagi kenangan yang sudah kukubur dalam.

Di usia yang masih sangat muda aku memutuskan untuk menikah. Tanpa komitmen. Hanya berlandaskan cinta. Cinta sudah membutakan mata hatiku hingga aku menentang orangtuaku. Akhirnya aku harus menanggung semua resiko.

25 Juli 2020

#TantanganGurusiana hari ke-69