Rima terduduk lemas, ditangannya masih memegang kaleng susu yang biasa dipakainya menghitung kiloan beras. Dia mengangkat lengan bajunya dan mengusapnya ke kedahi. Keringat bercucuran dikeningnya. Udara siang ini terasa panas. Sudah beberapa hari tidak turun hujan, jalanan sudah mulai berdebu. Langit-langit rumah sudah dipenuhi debu dan sarang laba-laba. Andai saja Rima bisa menggapainya, mungkin dia akan menyapu debu dan sarang laba-laba yang bergelantungan dilangit-langit rumah. Dia menyandarkan kepalanya kedinding. Matanya tampak berkaca-kaca. Tempat menyimpan beras yang ada dihadapannya terlihat kosong, tidak sebutir beraspun yang tersisa. Semalam sudah dimasak untuk makan malam anak-anaknya.

Semalam sampai terdengar kokok ayam matanya belum dapat terpejam. Perih ulu hatinya ditahan. Rima tidak bisa membiarkan anak-anaknya kelaparan, nasi semalam lahap di makan anak-anak walaupun hanya berteman lauk kecap manis. Ia memandangi wajah anak-anaknya yang sedang tidur pulas. Tidak terasa air matanya mengalir deras. Dia menatap langit kamar yang kelihatan remang sambil bibirnya mengucapkan doa.

Raut wajahnya terlihat kelelahan dan menyimpan duka yang mendalam.

"Bagaimana ini ya Allah, besok apa lagi yang aku masak untuk mengenyangkan anak-anakku" bisiknya lirih dalam kepekatan malam.

Satu persatu di ciumnya kening anaknya. Rauf dan Raisya tidur lelap disampingnya. Malam begitu pekat dan dingin. Rima tidak dapat memejamkan matanya. Kini matanya sembab karena menangis.

Ivan suaminya sudah dua minggu pergi ke kota tanpa mengirim kabar.

"Setelah dapat kerja tetap aku akan menjemput kalian" begitu ucap Ivan kepadanya sebelum berpamitan pergi.

Kini suaminya terjebak lockdown dan tidak bisa pulang. Ivan juga belum mendapat pekerjaan tetap. Pekerjaannya hanya paruh waktu dan upahnya hanya bisa membiayai hidupnya sehari-hari selama di kota.

12 Juli 2020

#TantanganGurusiana hari ke-56