Bias Asa
Terjaga dipertiga malam, terbayang lagi dipelupuk mata kejadian sore kemarin. kaki dilempar bingkai foto, bingkainya patah dan kacanya pecah seperti kerikil-kerikil kecil.
Hidup terlalu keras diperjuangkan sendiri. Hati meronta dan menolak untuk berjuang sendiri. Tidak ada pengertian, hidup seperti diperas. Dipaksa mengerjakan tanggung jawab yang tidak seharusnya dia tanggung.
Dalam hatinya hanya berpikir, bagaimana caranya lepas dari manusia egois itu. Dia masih terbaring sambil berusaha memejamkan matanya. Terlihat sesekali badannya dibalik ke kiri dan kekanan mencari posisi enak untuk terlelap. Tapi tetap saja tidak bisa memejamkan mata. Matanya yang cantik hampir tergenang airmata. Sangat sakit, menahan luka hati yang tidak berdarah.
Rasa cinta mungkin sudah pudar, seiring berjalannya waktu dan beban hidup yang dipikulnya. Bukan dia kehilangan hati, tapi hanya kehilangan rasa cinta. Namun rasa simpati itulah yang membuatnya masih bertahan. Demi anak-anak yang nyatanya dia besarkan sendiri dalam waktu hampir 2 tahun ini.
Sudah berulang kali dia berontak, mengungkapkan kegalauan hatinya. Tentang bagaimana nanti hidup dimasa depan, bagaimana nanti jika anak-anak melanjutkan pendidikan. Apa yang bisa dilakukan untuk mengantarkan anak-anak menjadi manusia yang berguna dan berpendidikan. Tidak ada solusi selama masih berdiam diri dalam rumah tanpa mengerjakan apa-apa. Sementara dia harus bekerja diluar dan pulang harus mengerjakan pekerjaan dirumah. Lelah, sangat lelah tapi bukan tenaganya yang membiat dia begitu lelah dan terlihat tidak bersemangat. Tapi lelah oleh pikirannya sehingga membuat seluruh sendi-sendinya terasa sakit. Siapapun yang tahu perjalanan hidupnya akan bersimpati namun tidak bisa berbuat apa-apa. Karena keputusan ada padanya.
Diapun sudah berapa kali memutuskan tapi selalu gagal untuk keluar dari problema ini. Dia sudah memberi waktu yang lanjang dan berulang kali, namun tidak ada perubahan. Dia berpikir untuk menyudahi hubungan ini jika terjadi ketimpangan. Tidak ada kebahagiaan yang bisa terujud dalam hubungan ini. Hari-harinya bagai seorang buronan yang selalu diteror. Bukan karena kesalahannya, tapi karena kebodohannya. Karena kebaikannya dia tidak sadar telah di bohongi. Dia tidak pernah memandang orang itu jahat. Dimatanya semua orang baik, sama dengan hatinya yang tulus dan ikhlas. Namun siapa menduga kebaikannya membuatnya terjerumus ke dalam masalah-masalah yang tidak dia perbuat. Dia hanya bisa pasrah, mengharap hanya balasan Sang Ilahi yang pantas memberi keadilan untuknya.
Namun kadang dia berharap, tidak ingin mati konyol hanya gara-gara perbuatan orang. Dia harus tetap semangat, meskipun orang selalu mematahkan semangatnya, namun dia berusaha tidak terpengaruh.
Dia berprinsip, tetap melakukan tanpa mengharapkan pujian. Dia hanya berusaha memperbaiki dirinya yang dulu pernah lalai dengan pekerjaannya. Dia sadar, pekerjaannya telah memberinya hidup. Seperti yang sering dikatakan atasannya "hiduplah untuk bekerja karena pekerjaan telah memberi kita kehidupan".
Tidak ada salahnya bekerja melampaui batas jadwal, karena dia ingin pekerjaannya selesai tepat waktu, agar dia punya waktu untuk beristirahat. Dia tahu, orang yang meremehkannya dan menertawakan pekerjaannya yang selalu tidak ingat waktu, adalah orang malas yang hanya bisa mengomentarinya tapi tidak mampu memiliki semangat bekerja seperti dirinya. Semoga saja semangat bekerjanya dan tanggung jawabnya bisa dijadikan pelajaran bagi siapa saja yang mulai malas bekerja.
Rejeki itu dicari bukan dinanti. Dia akan datang pada orang yang bersungguh-sungguh mencarinya.
Bekerja apa saja asalkan halal tidak akan mengurangi derajat dan martabatmu. Akan lebih hina jika kamu hanya duduk bermalas-malasan dirumah. Kesana kemari hanya mengobrol tidak ada hasilnya. Seperti kata pepatah, gunakan waktu mudamu sebelum datang masa tuamu. Gunakan waktu lapangmu sebelum datang masa sempitmu.
Kejarlah dunia seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan kejarlah akhirat seolah-olah kamu akan mati besok. Mengapa sedikit sekali orang memahami hal ini?? Banyak yang lalai ketika didunia.
29 Agustus 2020
#TantanganGurusiana hari ke-104
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar