Bagi Raport yang Tertunda
Hari ini perasaanku benar-benar lapang. Setelah bulan 5 lalu tidak sempat membagi raport hasil belajar mereka selama semester 2. Hari ini aku masih diberi kesempatan menyelesaikan tugasku sebagai wali kelas. Tuntas sudah tugasku mengantarkan mereka ke bangku kelas 9. Kulepas mereka dengan hati ikhlas, bertemu dengan wali kelas baru.
Tapi ternyata tugasku mengawal mereka masih belum selesai. Aku masih ditunjuk sebagai wali kelas mereka di kelas 9. Tapi kali ini jumlah mereka berkurang karena dibagi menjadi 2 kelas. Sebenarnya ada perasaan sedih karena sebagian dari mereka tidak lagi dibawah asuhanku. Tapi mereka masih bisa bertemu denganku setiap hari disekolah. Mereka siswa-siswi hebat, semangat gotong royong mereka sangat kuat. Mereka akur dengan sesama temannya.
Aku ingat waktu mereka masih duduk di bangku kelas 7, mereka yang baru menginjakkan kakinya di sekolah menengah pertama, masih lugu dan pemalu. Masih mudah untuk mengatur mereka.
Ketika mereka sudah duduk dikelas 8, ibaratkan puber, mereka mulai puber pertama. Mulai susah mengatur mereka, didalam kelas tidak pernah sepi, selalu saja ada yang berkicau, memainkan kursi dan meja pada saat guru tidak ada. Hanya ada sedikit diantara mereka yang berniat benar-benar belajar.
Setiap hari aku selalu memberi mereka wejangan, namun dasar anak-anak, ucapan guru hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Kadang ada rasa jengkel melihat sikap mereka yang susah sekali diatur.
Namun disini kami sebagai guru tidak sendiri. Dengan merangkul orangtua mereka, kami bisa berkomunikasi dan melaporkan perkembangan anak mereka selama disekolah. Kedengarannya seperti anak TK. Tapi tidak apa, demi kebaikan anak dan sekolah, agar bisa seimbang.
Sekali lagi mengucapkan syukur, ternyata para orangtua disini sangat baik hati. Mereka bahkan seperti keluarga sendiri kepada saya. Jadi saya tidak canggung bersikap kepada anak mereka.
Bersyukur sekali karena orangtua mereka sangat mendukung sekali. Mereka lebih antusias dari saya untuk pendidikan anak-anak mereka. Olehnya itu memudahkan aku dalam menjalankan tugas disekolah, seperti mengingatkan mereka tugas-tugas sekolah.
Tujuanku hanya satu, ingin anak-anak didikku menjadi orang sukses kelak dimasa depan. Menjadi sarjana-sarjana ahli dibidangnya. Menjadi kebanggaan orangtua dan membawa nama baik almamater sekolah.
Aku sedih ketika ada anak didikku yang mengalami penurunan belajar, tertular dengan teman-teman mereka yang tidak bersekolah, lalu masuk ke dalam pergaulan bebas, melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pelajar. Aku merasa menjadi guru yang tidak berhasil dalam mendidik mereka. Walaupun tidak bisa dipungkiri usahaku dalam mendidik mereka, memberi nasehat, petuah, melebihi aku mendidik anakku sendiri.
11 Agistus 2020
#TantanganGurusiana hari ke-86
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sukses selalu, Bunda. Salam literasi
Terimakasih bpk dan ibu guru, salam kenal
Itulah pesona jadi guru..he.. he... sukses selalu Bu
Semangat selalu bunda.salam literasi