Pada kejadian Tsunami Palu sepekan yang lalu, masjid menjadi bangunan yang kokoh berdiri setelah diterjang gelombang berkekuatan tinggi. Tidak hanya itu, gempa lebih dari 7 skala Ritcher menghantam dan berhasil memporakporandakan wilayah di tengah Pulau Sulawesi. Bahkan daerah kabupaten Petobo ludes terkena likuifaksi. Tiada yang tersisa. Kejadian maha dahsyat ini tidak pernah teridentifikasi oleh akal manusia. Tidak ada yang menyangka hingga kejadian kejadian ini telah selesai terjadi. Setelahnya, ada banyak cerita menggema, beruntung karena Ilahi Robbi masih memberikan keselamatan yang sulit diolah akal, entah bagaimana hal itu dapat terjadi. Seorang teman dari Aceh pernah menceritakan dukanya sewaktu tsunami 2006. Dia menuturkan dahsyatnya hempasan gelombang tsunami yang masih memberinya kesempatan untuk hidup. Kami sesegukan pilu melihat betapa karunia Allah menyelimuti dirinya saat itu, hingga akhirnya berkesempatan untuk berkumpul dalam suatu acara di Bandung, setelah 10 tahun Tsunami Aceh berlalu. Kejadian yang menimpa saudara - saudara kita di Palu dan sekitarnya sepekan yang lalu juga menyayat hati kita sebagai manusia. Melalui olah rasa, kita memahami duka mendalam yang melanda mereka. Berbondong mendoakan semoga kondisi ini dapat diatasi dengan segera hingga baik seperti sedia kala. Dari sekian banyak cerita keporakporandaan wilayah setelah bencana, banyak disiarkan bahwa Masjid menjadi bangunan yang masih berdiri kokoh. Rumah ibadah ini menjadi saksi bahwa tiada tempat kita memohon pertolongan dan perlindungan kecuali kepadaNya. Pasti memerlukan banyak waktu untuk memahami dan menerima peristiwa ini. Duka saudara kita di Palu dan sekitarnya menjadi duka kita juga. Seperti tidak mungkin, namun semoga kita selalu meyakini bahwa Ilahi Robbi adalah satu satunya tempat meminta. Sang pemilik jagad raya yang maha kaya. Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.