Riska Merita

A happy teacher, a moody-writer, yellow & blue lover ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Dalam Cokelat Toblerone (Bagian 3)

Dalam Cokelat Toblerone (Bagian 3)

Setelah kunjungan mendadaknya tadi siang, kak Pras masih mengirimkan sms. "Cokelat Toblerone habis. Aku sudah keliling mencarinya. Maaf kalau diganti dengan Silverqueen", tulisnya. Ku baca tapi tidak ku balas. Mataku masih bengkak mengingat kelakuannya tadi siang. Tidak ada yang lebih tega dari sikap kak Pras terhadapku. Selang beberapa menit, handphone ku berdering lagi. Rentetan sms masuk ke kotak pesan dari pengirim yang sama. "Jangan menangis. Aku minta maaf". "Di sana hujan gak?" "Kamu udah makan?" "Sepulang dari rumahmu, aku hampir disenggol mobil" "Maafkan aku. Jangan marah." "Balas smsku. Tolooonggg" "Jangan begini, kamu teman terbaikku". "Kamu baik baik aja kan?" Manusia macam apa yang masih mengira aku baik baik saja setelah mengirimkan gempa berskala tak hingga untuk hatiku. Sungguh tak berperasaan. Aku semakin sedih hingga tak mampu lagi menangis. "KENAPA KITA JADI BEGINI???? Aku masih menginginkan kamu seperti dulu". Sms dengan huruf kapital adalah tanda bahaya bagiku. Tapi itu dulu. Saat ini aku tak ingin lagi menjadi yang dulu. Aku yakin kak Pras mulai kesal karena smsnya tidak kubalas. Aku paham betul dengan perangainya. Orang bilang kak Pras manusia paling sabar. Namun tidak jika bersamaku. Kak Pras sangat mudah marah, dia begitu mudah mengeluarkan perasaannya. Kami membagi banyak rasa bersama. Aku memahami kak Pras. Nyatanya, dia tidak memahamiku. Aku berpegang teguh pada pendirianku. Aku tidak akan membalas smsnya. Ku biarkan saja. Kali ini aku tega terhadap diriku, setega kak Pras terhadap perasaanku. Ibu mulai curiga terhadap sikapku. Rasanya kemampuan mengontrol diri masih ku pertahankan dengan baik. Aku tidak banyak bercerita kecuali bantal menjadi basah air mata setiap malam. Aku tidak lagi membaca novel romantis. Tidak lagi mendengar lagu lagu yang kak Pras kirim untukku. Aku membenci kak Pras sepenuh jiwaku. Tak ku maafkan. Tak kan pernah. Aku menghilangkan semua akses ke kak Pras. Pertemanan di sosial media hingga nomer teleponnya sudah ku hapus. Waktu berjalan terus. Bulan berganti. Aku dan Kak Pras tak pernah berjumpa. Tak pernah lagi saling menyapa. Aku menjalani hari hariku seperti biasa. Walaupun membencinya, aku mendoakan kebahagiaan untuk kak Pras. Aku lupa bahwa aku juga berhak bahagia. Aku mungkin tak baik untuknya. Kak Pras pasti akan bahagia tapi bukan aku penyebabnya. Aku semakin memperluas jaringan pertemanan. Membangun banyak relasi baru. Pekerjaan ku semakin baik. Walaupun sibuk bekerja, aku mengingat kak Pras dengan jelas. Aku menginginkan Kak Pras menyapaku lagi. Dia mungkin memahami aku tak pernah sama lagi. Tidak ada sms darinya. Kami seperti tidak lagi saling mengenal. Putus hubungan. Pada suatu kesempatan, aku datang ke pesta pernikahan teman SMA. Pesta yang berbalut reuni itu sangat meriah. Kami berfoto foto ria. Di atas panggung. Di beberapa sudut ruangan pesta. Di booth foto dan di banyak tempat dalam pesta. "Naaaaa... Nanaaaaaa... itu dipanggil temannya", Norma berteriak padaku saat kami sedang berbaris menuju panggung. "Oh... siapa Nor?, tanyaku. Norma menggeleng. Sambil menunjuk seseorang di deretan belakang. Deeeggg... aku deg degan tanpa kendali. Kak Pras tersenyum padaku. Berjalan mendekat dalam barisan. Aku bahagia dan senang sekali menemukannya dalam pesta itu. "Aku manggil kamu dari tadi", ujarnya sambil mendekat ke arahku.

Kak Pras menjulurkan tangan ke arahku. Bersalaman dengan Kak Pras adalah kesenangan bagiku. Aku membalas dengan cepat. "Kok bisa di sini si Kak??", tanyaku terheran bahagia. "Suaminya temanmu itu, teman kuliahku di Paris. Kami sama sama mendapat beasiswa", jelasnya. Kak Pras tidak melepaskan tatapan matanya padaku. Aku salah tingkah membalasnya. "Silahkan lanjutkan", perintahnya. Aku diam saja. Aku menyukai irama jantungku saat berada di dekat Kak Pras. "Nanti kita ngobrol lagi", ujarnya. Kemudian menghilang dari barisan. Aku bahagia. Sangat nyata. "Siapa Naaaa?", tanya Icha, sahabatku. "Mantan pacarmu ya?, jelasnya sambil tertawa. Aku hanya cekikikan sambil memutar badan ke belakang. Namun Kak Pras tak lagi ku temukan.

"Cieeeeee... jadi CLBK nih", sorak Icha di telingaku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post