Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dalam proses belajar, stimulus merupakan rangsangan yang diberikan oleh orang lain sehingga kita dapat merespon hal tersebut. Jika kita meresponnya dengan baik, mungkin kita akan mendapatkan sesuatu dari stimulus tersebut. Sebaliknya, kita tidak akan mendapatkan apa pun jika kita meresponnya dengan perilaku yang buruk. Pada suatu kesempatan belajar, saya berjumpa dengan seorang widyaiswara bernama Pak Syamsuddin. Selama proses belajar di kelas, saya merasa sangat terbantu dan bersemangat dalam memahami apa yang beliau sampaikan. Stimulus yang diberikannya saat mengajar ternyata mampu mempengaruhi saya untuk berkeinginan menjadi lebih baik. Saya berani mengatakan bahwa Pak Syam mengajari saya dengan ketulusan hati. Saya merasakan hal itu. Saya bahkan pernah bertanya pada seorang teman tentang ketulusan. "Bagaimana bisa kita menilai ketulusan?", jawabnya "ketulusan itu terasa. Bawa hatimu bersamanya!". Ketulusan adalah kesediaan untuk melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab, amanah, mau berkorban, serta sepenuh jiwa. Dengan ketulusan, seseorang dapat menangkap pesan yang disampaikan dengan baik. Karena sesungguhnya, bukan kemampuan kognitif yang membuat kita memahami dan mengerti tetapi hatilah yang membuat proses proses itu lebih cepat terjadi. Stimulus yang dibawa oleh neurotransmitter akan bekerja sesuai dengan sel saraf yang dituju. Dengan kata lain, sebuah stimulus dengan ketulusan tentu akan ditangkap oleh saraf ketulusan jua. Sincerity is simplicity ~ Lailah Gifty Akita.