Menulis asal tulis, boleh. Tapi tolong pikirkan jika mau dishare. Ada manfaatnya tidak untuk pembaca?

Menulis tentang kondisi pribadi, silahkan! Tolong pikirkan juga jika mau dishare. Jangan sampai kepolosanmu dalam mengungkapkan masalah pribadi malah menyakiti orang lain, terlebih orang dekat dan pasanganmu. Teringat saat pelatihan sagusabu, seorang peserta menulis dengan kepolosannya, menceritakan kelebihannya dan memburukkan prilaku pasangannya. Sungguh tak beradab. Secara tidak langsung menunjukkan prilaku ujub dan takabbur. Ini kan ambyar jadinya.

Menulis curhatan itu boleh sebagai latihan menuangkan perasaan dalam bentuk tulisan, tapi ayolah! Cukupkan kamu sendiri yang tau dan tentunya pencipta kita. Kan tidak lucu aib pribadi diumbar ke media sosial.

Menulislah dengan hati. Pastikan tulisanmu tidak ambyar. Pastikan pembaca mendapatkan nilai positif dari narasi yang kamu tulis. Bukan asal tulis dan share, apalagi kalau hanya mengejar tangga tantangan menulis sekian ratus hari.

Menulislah dengan perasaan yang tenang. Tidak dikejar-kejar target. Bukan hanya sekedar terlihat produktif. Produktifitas dalam menulis juga harus diiringi dengan banyak membaca. Penulis yang baik adalah pembaca yang setia. Jika kamu menulis satu halaman dalam sehari, pastikan kamu sudah membaca sepuluh halaman. Artinya porsi membaca harus lebih banyak dari menulis. Itu...

Mohon maaf, tulisan ini sekaligus sebagai pengingat diri. Semoga pembaca juga dapat mengambil ibroh atau nilai kebaikan. Terimakasih.