Setiap diri mempunyai kadar untuk bisa mempengaruhi orang. Setiap diri memiliki potensi untuk dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Maka diantara karakteristik manusia yang baik adalah kebermanfaatannya bagi orang lain. Dalam hal ini rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Khairunnas anfa'uhum linnas...

"Sebaik-baik manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain"

Dari sini mari kita menengok pada diri kita masing-masing. Seberapa jauh kebermanfaatan kita di tengah orang-orang sekitar kita. Adakah diri kita disesali jika alfa kehadiran kita, atau biasa saja, atau malah bersorak gembira karena terlepas dari musykilah yang sering kita lakukan.

Ada beberapa tifikal manusia di tengah keberadaannya di masyarakat. Pertama wujuduhu manfa'ah, yaitu keberadaannya sangat dirasakan kebermanfaatannya. Kedua wujuduhu ka'adamihi, yaitu keberadaannya seperti tidak ada. Ketiga wujuduhu musykilah, yaitu keberadaannya menambah masalah.

Karakter manusia yang pertama itulah yang kita harapkan. Sebab yang kedua dan yang ketiga adalah kerugian. Keberadaan seseorang namun hadirnya seperti tidak ada saja sudah menimbulkan masalah, apalagi jika keberadaannya dapat menambah masalah, maka akibatnya akan mendatangkan masalah-masalah yang besar. Tipe manusia ketiga ini harus kita hindari dan jangan sampai ada pada diri kita.

Eksistensi diri kita adalah bagian dari bagaimana kita berbuat manfaat pada orang lain. Meski pun berbuat baik tidak mesti harus ditampilkan di khalayak. Namun orang lain akan merasakan saat diri kita tidak ada.

Mungkin kita pernah mendengar tentang seorang yang di muka bumi biasa saja namun di langit ia dipuji. Artinya eksistensi diri kita harus kita lakukan dengan keikhlasan hati, bukan untuk mencari panggung dan berbangga diri.

Wallahu a'lam bish-shawab.