Coaching
Coaching adalah sebuah percakapan, dialog saat seorang coach dan coachee berinteraksi dalam sebuah komunikasi yang dinamis untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan menuntun seseorang mencapai keberhasilannya. Coaching bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapinya.
Sesuai dengan filosofi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, maka pendidik diharapkan dapat berperan sebagai penuntun bagi anak didiknya, agar mereka dapat mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan potensi yang ada pada dirinya guna mencapai tujuan pembelajaran dan dapat mencari solusi atas permasalahannya serta dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab melalui proses pendekatan komunikasi Coaching agar selaras dengan tujuan pendidikan itu sendiri.
Sebagai guru, kita diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita tentunya harus memainkan banyak peran. Terkadang, untuk menghadapi murid, kita harus menjadi seorang konselor. Suatu saat kita juga diharapkan menjadi mentor. Selain itu, terkadang kita juga harus menjadi seorang coach. Tentunya, sebagai guru, kita selalu menjadi mentor bagi murid kita dengan menyampaikan pengalaman yang kita miliki. Kita juga melakukan konseling dengan murid kita ketika mereka datang dengan permasalahan mereka. Ketika kita harus menghadapi murid dengan berbagai potensinya dan kita berupaya untuk memaksimalkan potensi tersebut, kIta seyogyanya berperan sebagai seorang coach. Mengapa Kita harus berperan sebagai coach?
Berikut perbedaan antara Coaching, mentoring dan konseling
No
Aspek
Coaching
Mentoring
Konseling
1
Tujuan
menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki
Membagikan pengalamannya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya
Membantu konseli memecahkan masalahnya
2
Hubungan
membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya mengarahkan saja, coachee lah yang membuat keputusan sendiri
hubungan antara seseorang yang berpengalaman dan yang kurang berpengalaman. Mentor langsung memberikan tips bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau mencapai sesuatu
hubungan antara seorang ahli dan seseorang yang membutuhkan bantuannya. Konselor bias saja langsung memberi solusi.
Proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat lebih berfikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya. Perlu disadari bahwa setiap murid memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab seorang guru. Apakah pengembangan potensi diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti.
Meninjau kembali filosofi Ki Hadjar Dewantara tentang peran utama guru, maka coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya. Sebagai seorang ‘pamong’. Guru dapat memberikan ‘tuntunan’ melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.
Untuk melakukan kegiatan coaching, seorang coach harus memahami dan melatih diri lewat keterampilan berkomunikasi yang akan membawa pada percakapan yang efektif dan memberdayakan sehingga dapat memunculkan potensi murid dengan optimal. Aspek komunikasi tersebut adalah: (1) komunikasi asertif, (2) pendengar aktif, (3) bertanya efektif, (4) umpan balik positif
Dalam menjalin komunikasi yang memberdayakan, seorang coach lebih dahulu harus memahami tentang keadaan social emosional coacheenya sehingga coach dapat membantu coachee dalam mengenali dirinya sendiri, mengembangkan potensi dirinya dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
Proses coaching dapat dilakukan dengan model TIRTa
TIRTa kepanjangan dari
T : Tujuan I : Identifikasi R : Rencana aksi Ta: Tanggung jawab
Tujuan Umum
Adalah tahap awal dimana kedua pihak coach dan coachee menyepakati tujuan pembicaraan yang akan berlangsung.
Identifikasi
Saat identifikasi Coach melakukan penggalian dan pemetaan situasi yang sedang dibicarakan, dan menghubungkan dengan fakta-fakta yang ada pada saat sesi
Rencana Aksi
Adalah pengembangan ide atau alternatif solusi untuk rencana yang akan dibuat
Tanggung jawab
Adalah membuat komitmen atas hasil yang dicapai dan untuk langkah selanjutnya
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi!
Makasih pak. Mohon sarannya, karena saya baru belajar.
Ulasan yang luar biasa keren dan bermanfaat
Terima Kasih bu. Ditunggu sarannya bu.
Kereen tulisannya bunda, salam literasi
Terima kasih bu. Mohon sarannya bu, karena saya baru belajar.