Pelangi Mimpi
Pelangi Mimpi
Perjalanan ini dimulai ketika Aku diajak oleh Budhe ku 15 tahun lalu, ia merupakan seorang guru Bahasa Indonesia. Dari ia Aku mendapatkan pencerahan atas segala masalah impian-impianku. Ia Aku anggap seorang motivator selama ini. Meskipun beliau bukan seorang motivator yang keluar masuk TV. Bagiku budheku seorang motivator yang tidak harus terkenal apalagi dari kalangan atas. Budheku justru seorang motivator datang dari kalangan orang biasa yang bersungguh-sungguh untuk mencapai sesuatu.
Mengingatkanku pada sebuah perjuangan seorang gadis yang ingin menggapai impiannya. Pagi pun menyambang,cuaca yang masih terasa dingin menusuk ke tulang belulang yang terasa amat mengilukan. Saat seperti Itu Aku pasti sempatkan untuk jalan-jalan di sebelah Selatan desaku. Akulah mungkin salah satu orang yang senang dan paling dahulu ingin cepat-cepat merasakan sejuknya udara pagi hari. Udara yang benar-benar masih alami merupakan anugerah Sang Maha Kaya yang patut terus kita nikmati setiap hari dengan penuh rasa syukur. Pagi sekali menjelang matahari terbit suasana yang masih sepi sayup-sayup. Jalan-jalan kulewati. Kumasukkan jariku ke dalam saku celanaku menahan sejuknya kala itu. Terlihat ibu-ibu yang menyapu dedaunan di halaman rumahnya, anak kecil yang duduk terpaku di depan rumahnya sambil mengucek matanya yang terlihat masih ngantuk, ayam-ayam yang sudah liaran mencari makan lalu-lalang melewatiku di dalam kesejukan semilirnya angin di desa tercintaku. Di pagi hari yang cerah matahari menampakan sinarnya dengan penuh kehangatan yang bisa dirasakan setiap insan yang beraktivitas di pagi hari.
Aku ini terlahir dari golongan orang yang tidak mampu Aku hanyalah gadis desa dan kampungan. Hidupku tak seperti mereka yang punya banyak uang, Aku termasuk anak yang mandiri sejak kecil. Tumbuh dari keluarga yang kurang mampu tidak menyurutkan Aku untuk terus belajar dan mengejar cita-cita ku sejak kecil. impian pun hanya sederhana Aku ingin sukses dan mampu membantu perekonomian orang tua sehingga keluarga dan adik kelak akan lebih beruntung dalam meraih harapan dan cita-cita.
Aku tinggal di sebuah perkampungan yang dinamakan kampung Sidorejo. Kampung tempat tinggal ku sangatlah sederhana dengan budaya lokal yang sangat kental. Keluargaku cukup berbaur dengan masyarakat. Keluargaku dari keluarga sederhana ini yang begitu mencintaiku.
“Nduk…dari mana saja kamu” Simbok ngedhang tiwul kesukaanmu. Renyahnya kata-kata Simbok sambil menyodorkan sego tiwul yang dibalut daun pisang kepok. Sego tiwul merupakan ciri khas makanan ndeso yang masih melentera sampai masa ini. Walaupun makanan khas kampung tersebut sudah mulai terkikis generasi muda saat ini. Namun, pada zamanku dulu, Jikalau pulang dari sekolah Aku selalu terbayang-bayang hidangan di meja saji. Makanan yang harus terlihat ya sego tiwul. Pasti yang ku tanyakan paling dulu adalah sego tiwul. Waktu silam Aku benar-benar menyaksikan keperkasaan Simbok ngarit di sawah,manggul singkong hasil panen tetangga, nguli tandur pada masa tandur, menjemur padi milik tuan tanah tetanggaku. Dan apapun Simbok lakukan demi menopang kehidupan sehari-hari kami. Semua itu karena memang kami benar-benar orang gak punya. Kemiskinan menjerat kehidupan kami , maka kalau untuk menanyakan sepiring nasi putih ke Simbok hal yang aneh bagi keluargaku. “Menelan ludah saat tetanggaku ngedhang rojolele,”. “emm…bau harum beras rojolele,seperti bau harum parfum bos-bos besar bergelimang harta. Benar-benar anganku menerawang tujuh bintang, tujuh langit beserta alam semesta. Andai suatu saat nanti Aku berdasi, andai suatu saat nanti Luxury tumpanganku, andai dalam rekeningku tak pernah habis kuhambur-hamburkan untuk foya-foya, andai kontrakanku 100 pintu. “Huh…gapaian yang tak terjangkau ukuran gadis kampung sepertiku”.
“Ayo…nduk cepat dimakan segone, ngalamunin opo?” Simbok mengingatkan untuk segera menghabiskan tiwul. “Kamu baru datang dari kulon, ndak ada di sana to!”. Kata Simbokku menghidangkan sepiring tiwul punel nan lezat dengan sambel krawu kelapa muda dicampur mlanding enom dari pekarangan belakang rumah kami. “Emm..baru sampai ujung lidah kerasanya sampai di ujung ubun-ubunku,rasanya tak mengalahkan makanan zaman korea seperti yang sedang trend masa kini. “Girangnya Aku menikmati sepuluk-demi sepuluk sampai upo pulukan menempel dijariku terus ku lumat ku jilat nikmat tiwul masakan Simbokku.
Malam hendak menyapa rumah reot di pinggiran desa berdampingan lahan tanah persawahan dan dikelilingi pegunungan yang indah. Aku terdiam menatap pekatnya malam bersama alunan suara jangkrik yang bersahutan. Lantunan suara jangkrik masih terdengar dimana-mana dan semilir angin malam terus berasa sampai ke tulang belulang persendian tubuhku. Aku teringat dulu Bagaimana cerita dari bapak tentang datangnya anugerah dari sang pencipta suatu kehadiran kehidupan baru di dunia ini dengan kerja keras dan keringat membasahi tubuh. Bapak banyak bercerita dan Aku selalu suka mendengarkan jika Bapak bercerita. Ia juga mengajariku banyak hal sebagaimana adanya cahaya yang selalu menerangiku. “Tak terasa bajuku basah dengan air mata” mengenang cerita kenangan bapakku. “ Bapak…sampun tenang di sana nggih pak, gusti Allah mboten sare”. Sambil tanganku mengengadah memohonkan ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga Bapak diberi tempat yang terindah di surganya ya…bapak, dan diampunkan atas semua dosa-dosa serta khilaf bapakku semasa hidupnya. “Mataku sembab air mata terus mengucur mengingat ketiadaan Bapak”. Jujur Aku masih ingin bertemu dengan Bapak. Masih ingin didongengkan tentang Presiden Soekarno yang bijak. Masih ingin digendong bagai masih masa kanak di timang-timangnya. “Bapaklah yang mengajari bagaimana berdiri di atas kaki sendiri”. Gantungkanlah citamu setinggi langit, mimpilah setinggi 7 purnama maka kelak akan kau jemput sebuah keajaiban, akan kau dapati sebuah mukjizat berduyun menghampiri setiap hari akan melimpah. Sesuai limpahan harapan-harapanmu ketika mohon doa. Maka mohonkanlah doa hanya kepada Sang Maha Agung, di setiap menjelang petang, malammu, serta pagi harimu. Tak perlu banyak menangis di depan manusia. Nanti hanya akan membuatmu larut dalam goresan luka dibuatnya. Ia juga manusia, sama sepertimu. “Bapak tegas saat itu”. Merekapun keder kalau mengurut masa hidupnya. Sambil melengos,asap api rokok gudang garam merah terlihat mengepul melintas dimukaku. “Bapak…bapaaak…” Menjerit memanggilmu. Luar biasa pituturmu. “Haduh… semua kata-kata bapak, terbayang semua di pelupuk mata ini. Kaki mana yang mau ku langkahkan untuk mewujudkan bait-bait kalimat perkalimatnya untuk menjadi sebuah kenyataan. “Tanda tanya hati mencari jawab kesungguhan hidup” Bisikku.
Malam terus merangkak cahaya rembulan yang bersinar terang semakin tak nampak di mataku, hanya Aku dan simbok yang masih duduk di kursi depan teras rumahku. Pertemuan ini kami niatkan untuk menghabiskan dengan cerita panjang mengenang kisah orang-orang terdekat kami di malam itu.
“Masih ingat ndak Parjo?”. Parjo kuwi merambah sekarang menjadi pengusaha besar ayam potong yang sukses Nduk. Kata Simbok ku melanjutkan cerita panjang di malam yang semakin sunyi. Deretan toko di jalan waru km 5,5 Wonogiri. Disana terlihat kesibukan beberapa pria mengangkuti kantong pakan ternak ke atas sebuah mobil pick up. Di antara mereka itu terlihat seorang lelaki setengah baya yang ikut bermandi keringat membawa jak jak itu sambil menghitung tumpukan yang sudah berada diatas mobil siap dikirim ke para pembeli setiap hari. Parjo yang lebih dikenal dengan nama kecilnya mariman bisa menjual 19 hingga 50 ton ayam kampung ke Jakarta-Bogor dan beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Parjo sebagai pengusaha yang sukses Nduk. Jelas Simbok memberi semangat baru untuk ditiru.
Kegigihan Parjo itu untuk menjadi pengusaha sukses , kadang terlihat bersinar terang, kadang mengalami pailit seperti krisis moneter. Tapi Parjo tekun nduk. Satu sifatnya sampai sekarang yang simbok tahu yaitu, itu gampang susah untuk ditiru tapi harus kamu jalani saat kamu mendengar cerita simbok mu ini. Parjo tidak kemaruk. Ia tetap menjalani hidup sederhana ora ono secuil kemewahan pun di tempat kerjaannya. Di Jalan Waru yang hanya bisa dilihat berupa 5 unit toko seluas 4 x 3 meter satu ruangan digunakan untuk kantor dan yang lainnya menjadi gudang sekaligus toko pakan ternak yang dinamakan “Podhomoro” mengambil nama dengan nama Jawa podhomoro yang artinya mengharapkan akan siapapun berdatangan di sana.
Sifatnya tidak senang dipuji, sejak dulu ya begitu, punya tidak punya biasa adanya. “Ojo aneh-aneh ben tampak bagus “ Cerita simbok tentang Parjo. ‘”Terus yang bisa diangkat cerita dari tetangga kita yang gigih itu modal ketekunan, kejujuran,keuletan dan sikap hemat itulah maka parjo menyongsong masa depan bisnis ayam potong dengan sukses. Selain itu, Parjo ramah tamah kepada siapapun Nduk. Simbokku sambil tersenyum menggambarkan Parjo.
Simbokku memang sosok yang welas asih. Siapapun yang berbicara padanya pasti terkesima kalimat-kalimat mantranya. “Haduh… termasuk Aku” Penceritaan panjang di malam yang penuh bertaburan bintang menyala gemerlapan pada waktu itu membakar kecemburuanku. Aku gadis kampung yang akan berangkat bertolak ke kota. Niatanku akan mengubah hidupku mengadukan nasib mujur seperti cerita Parjo menurut versi Simbokku.
Masyaallah Tabarakaallah, kini usiaku 46 tahun. Motivasi budheku silam mengubah semua nasib kemiskinanku. Aku dibesarkan oleh pengalaman pahit di kampung untuk memetik manis di tanah perantauan. Aku saat ini telah dimanjakan sebuah proses panjang benang-benang kusut yang telah dilalui. Aku manusia super pilihan Tuhan yang dilahirkan dengan kalimat sebuah kebahagiaan dalam keluarga kecilku. Bersama suamiku yang kebetulan juga seorang ASN dan telah diamanahi Tuhan tiga bidadari-bidadari mungil yang sehat-sehat. Aku tambah meroket saat sepulang ngantor ke kebun dan melihat puluhan telor-telor ayam kampungku rajin memberikan telornya setiap hari kepada kami. “Wah…benar-benar kenyataan alami sepanjang umurku menjelang masa pensiun kami berdua”. Suaraku riang. “Ya..Allah,keajaiban-keajaiban satu persatu benar-benar bermunculan”. Harapan melimpah dari hari ke hari,bulan ke bulan. Aku pun semakin memiliki keyakinan suatu hari nanti akan ada Dinas Peternakan kota menggandeng usahaku ini. Aku yakin mereka akan digerakkan oleh para Malaikat untuk berdatangan antri di lahan ternak kami. Akupun akan memepercayai mimpi menjadi kenyataan. Aku akan menjadi pensiunan peternak yang sukses. Syukur-syukur akan kesohor di pelosok negeri ini. Akupun menghimpun pundi-pundi kontrakan berpintu-pintu. “Lumayan 16 pintu dan 1 ruko pinggir jalan” Menambah tekadku. Walau dalam barisan pundi-pundi itu Aku terkadang mengalami masa timbul tenggelam untuk terus kokoh berdiri di bumi yang ku pijak hingga kini. “Tak apalah…namanya juga kehidupan” Pikirku bertahan hidup.
Sungguh hari ini suasana langitku kembali membiru berkilau. Tampaklah dari kejauhan kilauan warna-warnimu menggoda sejauh mata memandang. Mereka akan berdecak kagum menyaksikan keindahan pesona warnamu yang menjingga, kebiru-biruan, kehijau-hijauan, kemerah-merahan, dan kekuning-kuningan. “Wooow…pelangi…ada pelangi” Begitu orang menamainya saat melihat benda tersebut. Tak akan ada manusia di penjuru dunia yang tak mengagungkan kesempurnaan Sang Pencipta. Seindah mata memandangnya sudah pasti takjub kebesaran Pencipta alam semesta. “Allahlah, Maha karya yang sempurna yang ada di dunia beserta isi alam semesta ini”. Ku memuja-mujimu Wahai Sang Maha Kaya.
“Wah…rupanya sang pelangi sedang menyapa dunia”. Akulah Pelangi Mimpimu. Akulah pembawa keberkahanmu. Akulah setelah hujan akan melengkapi alam semesta dengan warnaku. “Indah bukan?” “Ingat segala sesuatu bisa dicapai dengan kata mimpi “ Sindiran pelangi menyapaku kala itu. Lalu dalam pandangankupun Aku tertegun dengan sebuah harapan. “Ya..harapan dan cita-cita mulia yang seperti Simbok pesankan untuk gadis kampung ini”. Bagai untaian bait demi bait nukilan syair di sebuah judul film yang pernah ku lihat “Laskar Pelangi “. Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya. Laskar Pelangi takkan terikat waktu. Bebaskan mimpimu di angkasa warnai bintang di jiwa. Menarilah dan terus tertawa walau dunia tak seindah surga bersyukurlah pada yang kuasa. Cinta kita di dunia selamanya. Cinta kepada hidup memberikan senyuman abadi walau hidup kadang tak adil tapi cinta lengkapi kita. Laskar pelangi takkan terikat waktu. Jangan berhenti mewarnai jutaan mimpi di bumi. Sampai lirik terakhir syair merdu ku dendangkan Aku mempercayai “Akupun pemenang mimpi hari ini”, takjubku terhadap Pelangi Mimpiku.
Mega Hermawati,S.Pd
22 September 2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar