“Ulaaar…..ulaaar…..”

Pagi-pagi sudah dikejutkan dengan kehadiran makhluk melata, berwarna hitam, berdarah dingin berada di depan almari. Kalau melihat posisinya dia siap menyerang.

Segera kuambilkan sebilah bambu untuk anakku, dan prak…..dalam sekali pukul lemas tak berdaya. Banyak jenis binatang sering masuk rumah. Maklum, tanah tempat rumahku berdiri dulunya dimanfaatkan untuk sawah. Mungkin karena merasa habitatnya terganggu atau merasa terdesak, mereka berkeliaran masuk rumah.

Memasuki pelatihan hari ke-5, Bapak Kepala Balai Diklat Keagamaan berkenan hadir untuk memberikan materi dan penguatan. Peserta hadir lebih pagi dari biasanya. Takut telat….. Sesuai pesan panitia, karena beliau on time.

Seperti yang sudah dijadwalkan, materi dari Kepala Balai Diklat disampaikan selama dua jam penuh. Beliau adalah contoh nyata dari perjuangan seorang ibu yang buta huruf, bisa menjadikan putranya menempuh pendidikan sehingga mendapatkan gelar doctor. Masya Allah. Untuk mencapai kejayaan, dibutuhkan sikap ikhlas dalam setiap amal.

Keberagaman, kebhinekaan dari segi etnis, ras, bahasa, dan agama, hendaklah jangan dijadikan alasan perpecahan. Justru itu semua menjadi tali pengikat yang kuat dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Bangsa Indonesia yang memiliki kemajemukan memang rawan terhadap gangguan dari luar maupun dari dalam. Saat ini kita harus mempersiapkan generasi Z yang akan berperan dalam kepemimpinan lima belas tahun mendatang. Tugas kitalah saat ini untuk menjadi agen moderasi.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, tugas hari ini adalah tugas individu. Tugasnya menulis tentang konsep moderasi beragama, pengalaman empiris, dan strategi untuk mengimplementasikan untuk anak didik. Tulisan ini nantinya akan dijadikan sebuah buku. Wah…. ini mirip-mirip dengan di SAGUSABU. Terima kasih SAGUSABU…..ilmunya aplikatif.