Pak RT-ku Lebay
Pagi ini redup. Awan menyelimuti langit hampir di seantero Banyuwangi. Kita tahu hari ini, 17 Agustus 2020 bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-75. Banyak orang kemudian menjadi apriori dan mengaitkan kondisi alam saat ini dengan pandemi covid-19 yang masih melanda negeri ini. “Ini isyarat alam, pandemi belum akan berakhir!” Kata lelaki gendut yang menjabat sebagai ketua RT di wilayah kami. Bos, biasa dia dipanggil. Tidak ada yang menimpali uacapan ketua RT tersebut. Warga lebih memilih mengais sampah atau memangkas rumput dan ilalang yang tampak tak beraturan di pingir jalan desa kami. Mereka mafhum karena setiap kali ucapannya disangkal, dia malah lebih bernafsu menguatkan pendapatnya dengan berbagai argumen yang tidak masuk di nalar.
“Besok tidak ada upacara di lapangan Maron.” Kata Pak RT selanjutnya. Warga masih enggan berkomentar meski sekadar basa-basi untuk merespon informasi yang disampaikan Pak RT. Sekali lagi, warga enggan karena tidak mau terjadi diskusi panjang yang tidak berkesudahan. Sementara, area yang mesti dibersihkan untuk menghormati Hari Kemerdekaan masihlah panjang. Pak RT melanjutkan informasinya. “Wong korona ini lo hanya konspirasi negara-negara maju. Kita ini hanya dibodohi. Kalau aku cuek saja, mana aku pernah pakai masker.” Beberapa warga tampak tersenyum, tapi tetap tidak sepatah kata pun keluar. Berdebat pun percuma. Mungkin itu yang mereka pikirkan. Waktu sudah hampir masuk duhur, satu per satu warga meninggalkan lokasi kerja bakti bersih desa. "Lebay!" Gerutu salah seorang di antaranya.
“Merdeka, merdeka, Merdekaaaa....Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokaatuh!” Begitu tegas dan keras suara pelantang dari musala kami. Warga terkejut luar biasa. Ada apa ini? “Kepada seluruh warga daripada RT 1 RW 7 Perumnas Indah Permai, kami mohon yaitu nanti tepat pukul 10.17 WIB harap semuanya menghentikan aktivitasnya dikarenakan pada jam tersebut seluruh warga Republik Indonesia ini harus mengheningkan cipta sejenak untuk menghormati dan mendoakan yaitu arwah para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia.” Panjang sekali dan tanpa jeda Pak RT menyampaikan woro-woro sampai-sampai nafasnya terdengar tersengal-sengal masuk di pelantang. “Saya ulangi lagi....bla bla bla....” Entahlah, Pak RT yang menggebu dengan karakter dan gayanya, sampai hari ini masih menjadi Ketua RT kami. Merdeka!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Ceritanya okeee. Kayaknya kurang padat kalau pentigraf. Vetrsi Pak tengsoe, dialognya hanya satu kali seingat saya.
jadi begitu
Hidup Pak RT ... gambar latarnya bagus.
Keren bu pentigrafnya Sukses selalu
Trims, Bunda...jadi melambung...entar jatuh, ndak ya...
Merdeka cerita yg bagus
Merdeka Pak!!
Merdeka, Bunda...
Kereen. Baru sempet bacaDirgahayu Republik Indoenesia
Merdeka.. Semangat 75
Bagus ..Merdeka pak mas
Hemm tetap bagus dirasa