Menulislah, di Sini dan Sekarang!
Cara murah dan mudah untuk mengukir sejarah adalah dengan menulis. Menulis apa saja, di sini dan sekarang (here and now). Niscaya, kelak anak cucu kita akan mengenal dan membanggakan moyangnya sebagai bagian dari sejarah hidupnya.
Dua pekan terakhir ini, setidaknya, ratusan guru di Banyuwangi sedang gandrung menulis. Menulis apa saja. Mereka seolah terinfeksi virus, bukan covid-19, melainkan virus menulis (writing viruses). Hampir semua ruang obrolan di grup WA, status FB, stori IG, telegram berisi tautan yang mengarah ke gurusiana.id. Bloq guru menulis terbesar dan terpopuler di Indonesia. Dengan satu harapan para pengikut (follower) ramai-ramai mengunjungi artikelnya di blog tersebut.
Di sini dan sekarang (here and now) adalah pendekatan dan strategi agar menulis menjadi mudah. Anda bisa mulai menulis dari apa yang ada di sekitar Anda saat ini atau apa yang Anda rasakan di sini dan sekarang. Misalnya, Anda sedang berada di dapur. Perabot Anda berantakan, sayur basi karena semalam lupa dipanaskan, si ragil merengek minta sarapan, dan seterusnya. Rangkaian situasi dan kondisi ini akan menjadi alur cerita yang menarik (cerpen) atau akan menjadi alternatif solusi (tip dan trik) atau bahkan bisa pula sebagai catatan kehidupan belaka (memoar).
Anda sering merasa jibek lantas gemar menghabiskan waktu berjam-jam di warkop. Cobalah lihat sekeliling Anda. Para lelaki bercengkerama, senda gurau, dan saling gojlok. Sekelompok yang lain serius mengamati kartu domino di tangan sambil sesekali garuk-garuk kepala dan seterusnya. Ini juga bisa menjadi inspirasi puisi, kolom, hingga artikel ilmiah.
Bahasa tuliskan realitas empiris yang ada di sekitar Anda, di sini dan sekarang. Niscaya, Anda akan setuju dengan saya, ternyata menulis itu mudah. Tidak perlu Anda risau bin galau karena belum juga mendapatkan inspirasi dan intuisi untuk menulis. Saat ini, di mana Anda berada ketika membaca tulisan ini, lihat dan rasa apa yang ada di sekitar Anda. Tulislah!
Dengan ini, saya percaya kelak penyakit gandrung menulis akan menjadi pandemi. Tidak perlu kita lawan atau antisipasi dengan vaksin anti menulis. Biarkan saja ia menggejala dan merangkai ceritanya sendiri. Salam Literasi!**
Mashudi
Inisiator Tukar Tugu
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Masya Allah, inspiratif dan provokatif Bapak Mashudi, barakallah Aamiin. Jazakallah khairan berkenan berbagi semangat dan ide cerdas
Ungkapan 'gandrung menulis' benar-benar mencubit hatiku..
Disini sekarang dan selanjutnya aku menulis...
Siap bapak, menulis disini, sekarang , dan seterusnya. Semangat berliterasi.
Aku kena virus nya Gurusiana jg
Mantap motivasinya Pak Mash..
Selalu inspiratf,,,
hehe...
Ternyata tidak semudah membalik telapak tangan kalau belum terinspirasi