Mata
Day 102
Wouw..., ini tentang mata!
Tahukah kalian semua, bahwa setiap yang ada di dunia ini memiliki nama dan memiliki harga?
Setiap yang beryawa dan tidak bernyawa, memiliki nama sebagai identitas. Ada yang bernama rumah, kursi, bola, nama jalan dan lain sebagainya. Demikian pula dengan benda hidup. Ada nama binatang, nama buah-buahan, dan nama tanaman botanical, dan seterusnya sebagai contohnya.
Juga memiliki harga. Harganya sesuai dengan fungsi dan kebermanfaatan yang melekat.
Lalu bagaimana dengan organ tubuh? Apakah juga memiliki nama dan harga?
Tentu saja.
Sebagaimana salah satu organ tubuh yang saat ini sedang saya bahas, adalah: mata.
Apakah mata itu?
Menurut arti dari kkbi mata adalah indra yang berfungsi untuk melihat.
Melihat apa?
Tentu saja melihat segala suatu yang dapat dijangkau oleh mata secara riil.
Lalu berapakah harganya mata?
Buat saya mata adalah kehidupan saya. Modal dalam menyerap ilmu. Modal dalam membangun imajinasi yang saya miliki. Tak mampu saya bayangkan membangun imajinaai tanpa peran mata. Itu sebab mata saya seharga kehidupan yang ada.
Jika mata seharga kehidupanmu, bagaimana cara mensyukurinya? Mengapa pula diberikan dua mata, bagaimana jika matamu ada tiga, yang selalu bergerak berpindah tempat di setiap minggunya?
Pertanyaan yang meluncur deras membuatku kelimpungan dalam merenungkannya sekaligus menjawabnya.
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah ciptaan terbaik Allah. Yang berarti secara etika dan estetika manusia adalah ciptaan yang pas. Pas dalam kebutuhan dan kebermanfaatannya. Pas dalam pengertian letak dan jumlah. Jika jumlahnya tiga, hilanglah keindahannya, meski bisa jadi manfaatnya bisa lebih. Tapi apa artinya manfaat yang berlebih jika keindahan terabaikan. Begitu pula jika letaknya harus berubah di setiap minggunya. Keindahannya akan semakin terabaikan, demikian pula kebermanfaatannya.
Maka sudah selayaknya kita bersyukur dengan keadaan dan keberadaan mata kita. Tapi kapan kita pernah mensyukurinya? Tepatnya, sejak kapan? Pertanyaan itu akan semakin menyudutkan jika kita hanya berpikir yang ada adalah sebagaimana yang ada. Artinya, kita tidak pernah menyadari kekayaan hakiki yang telah kita miliki.
Orang bilang, mata adalah jendela hati. Mata adalah kekuatan jiwa. Lalu darimana semua sumber kekuatan mata?
Mata yang ada pada kita, ada pemiliknya. Siapa pemiliknya? Tak lain dan tiada bukan hanyalah Allah SWT. Lalu apa kau berani ingkar kepadaNya?
Begitu berharganya mata bagi hidup dan kehidupan. Maka tidak berlebihan jika aku memberinya nama: mataku, permata jiwaku.
Duhai mataku, antar aku kelak menuju surga milik Allah. Aamiin.
Cilegon, 14 April 2023
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terima kasih admin
Aminnn....